TUGAS AKHIR
ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY
DAN METODE SWOT PADA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebutuhan
material pada industri sangatlah
penting, karena material adalah bahan
utama dalam industri untuk membuat produk. Pada dasarnya material direncanakan oleh perusahaan yang bergerak dalam industri
dengan perencanaan yang bagus agar supply
material dalam perusahaan itu optimal dan mendapatkan biaya yang optimal.
Tetapi jika supply material ini tidak
optimal maka akan dapat menggangu proses produksi. Ini yang sedang dialami oleh
PT. Indra Cipta Sentosa Lestari karena supply
material dalam perusahaan ini sering terjadi keterlambatan dan pastinya
mengganggu proses produksi. Maka dari itu penulis ingin menganalisis
permasalahan yang terjadi di PT. Indra Cipta Sentosa Lestari ini dan mengetahui
permasalahannya juga dengan pastinya ada solusi dari permasalahan ini. Berikut
ini adalah data penggunaan bahan baku pada PT. Indra Cipta Sentosa Lestari yang
paling sering digunakan bahan bakunya dalam proses produksi pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Data
Penggunaan Bahan Baku PT. Indra Cipta Sentosa Lestari Tahun 2015
No. Bahan Baku
|
Bahan Baku
|
Jumlah Penggunaan Satuan (pieces)
|
1
|
Plat Besi 2.0 mm
|
1700
|
2
|
Plat Besi 1.0 mm
|
70
|
3
|
Plat Besi 1.2 mm
|
450
|
4
|
Besi Siku
50x5x6000 mm
|
148
|
5
|
Besi Siku
40x5x6000 mm
|
285
|
6
|
Besi UNP
100x50x5x6000 mm
|
98
|
7
|
Besi UNP
50x50x5x6000 mm
|
10
|
8
|
Besi UNP
80x50x5x6000 mm
|
370
|
9
|
Batu Gerinda
Potong 3.0mm x
14 inchi
|
121
|
10
|
Batu Gerinda
Resibon 4 inchi
|
190
|
Total
|
3442
|
(Sumber: PT. Indra Cipta Sentosa
Lestari)
Bahan baku yang akan penulis analisis
adalah bahan baku yang jumlah penggunaannya paling banyak dalam satu tahun. Pada
PT. Indra Cipta Sentosa Lestari data bahan baku yang penggunaannya paling
banyak adalah plat besi 2.0 mm. Perencanaan kebutuhan material pada PT. Indra Cipta Sentosa Lestari ini kurang optimal
karena frekuensi pemesanannya itu dalam satu tahun itu dua belas kali dan
jumlah bahan baku yang dipesan itu sedikit jadi mengakibatkan biaya persediaan
bahan baku ini tinggi. Berikut grafik penggunaan bahan baku plat 2.0 mm dalam
satu tahun dapat dilihat pada Gambar
1.1.

Gambar 1.1 Grafik Penggunaan Plat Besi 2.0 mm Tahun 2015 PT.
Indra Cipta Sentosa Lestari
(Sumber: Pengolahan Sendiri dari Berbagai
Sumber)
Dari
grafik ini jumlah penggunaaan di PT. Indra Cipta Sentosa Lestari kurang optimal
karena jumlah penggunaanya sedikit menyebabkan sering terjadi keterlambatan
produksi karena kekurangan bahan baku. Disamping itu juga kurang memaksimalkan kapasitas
pada tempat untuk bahan baku karena kapasitasnya masih bisa menerima bahan baku
yang dipesan. Maka dari itu penulis akan menganalisis permasalahan material ini dengan Metode EOQ karena
Metode EOQ ini bagus digunakan untuk mengoptimalkan kuantitas bahan baku dan
biaya persediaan pada perencanaan kebutuhan material
ini. Dalam perencanaan kebutuhan material
ini penulis juga menggunakan Metode SWOT untuk menganalisis strategi-strategi
yang bagus digunakan oleh PT. Indra Cipta Sentosa Lestari. Metode SWOT ini
digunakan untuk mencari permasalahan internal
dan eksternal dalam perusahaan
kemudian diolah agar permasalahan tersebut diperoleh solusinya dan juga
strategi untuk perusahaan tersebut.
Dalam
perhitungan konvensional, EOQ adalah salah satu cara terbaik untuk menentukan
ukuran lot. Tetapi ini hanya benar
untuk kondisi yang sesuai, yaitu untuk permintaan yang independen dan dalam sistem distribusi satu tingkat. Dalam kondisi
permintaan yang dependen dan sistem
distribusi bertingkat, EOQ bukan satu-satunya formula yang cocok untuk seluruh
tingkat pusat distribusi. Salah satu alasannya ialah misalnya bahwa produk yang
dalam transit dari satu pusat distribusi ke pusat distribusi lain tidak
mempengaruhi biaya penyediaan barang, karena hanya berpindah lokasi saja.
Penambahan jenis biaya ini dari satu pusat distribusi diimbangi dengan pengurangan biaya dari pusat distribusi lain
dalam jumlah yang sama. Justru yang dipengaruhi ialah biaya angkutan, sehingga
dalam sistem distribusi bertingkat, biaya dominan yang perlu diperhitungkan
adalah biaya angkutan.
Konsep dasar pendekatan SWOT ini, tampaknya
sederhana sekali, yaitu sebagaimana dikemukakan oleh Sun Tzu bahwa “apabila kita
telah mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dan mengetahui kekuatan dan
kelemahan lawan, sudah dapat dipastikan bahwa kita akan dapat memenangkan
pertempuran”. Dalam perkembangannya saat ini, analisis SWOT tidak hanya dipakai
untuk menyusun strategi di medan pertempuran, melainkan banyak diterapkan dalam
penyusunan perencanaan strategi bisnis (Strategic
Business Planning) yang bertujuan untuk menyusun strategi-strategi jangka
panjang sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat dicapai dengan jelas dan
dapat segera diambil keputusan berikut semua perubahannya dalam menghadapi
pesaing.
Penelitian ini
dilakukan agar perusahaan mengetahui perhitungan dengan menggunakan Metode Economic Order Quantity dan mengetahui
hasil analisa Metode SWOT. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif
dan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan data secara
wawancara dan dokumentasi dari PT. Indra Cipta Sentosa Lestari. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk menentukan
perencanaan kebutuhan material yang
optimal dan ekonomis dan mengetahui kondisi internal dan eksternal yang terlibat sebagai input untuk merancang proses,
sehingga proses yang dirancang dapat berjalan optimal, efektif, dan efisien. Hasil penelitian yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah hasil dari perhitungan dengan Metode Economic Order Quantity yang dapat dijadikan perbandingan oleh
perusahaan dalam menentukan kebutuhan bahan baku yang optimal, perusahaan dapat
mengontrol biaya material dengan mudah,
dan dapat mengontrol pengeluaran kebutuhan material
dan menyiapkan untuk menghadapi adanya
kemungkinan dalam perencanaan pengembangan di dalam perusahaan. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk menjelaskan tentang kebutuhan material
dan persediaan yang dibutuhkan oleh PT. Indra Cipta Sentosa Lestari dan
hasil analisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman terhadap perusahaan.
Dengan demikian dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Analisis Perencanaan Kebutuhan Material Menggunakan kombinasi Metode Economic Order Quantity dan Metode SWOT
Pada PT. Indra Cipta Sentosa Lestari”.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Berapa kebutuhan material yang
optimal antara perhitungan kebijakan perusahaan dan Metode EOQ di PT. Indra
Cipta Sentosa Lestari?
2.
Berapa hasil analisis
SWOT perencanaan kebutuhan material yang
optimal antara perhitungan kebijakan
perusahaan dan Metode EOQ di PT. Indra Cipta Sentosa Lestari?
1.3
Pembatasan Masalah
Pada penulisan tugas akhir ini penyusun
akan membatasi masalah sebagai berikut:
1.
Penelitian
ini hanya menggunakan data bahan baku perusahaan tahun 2015.
2.
Bahan
baku yang diteliti dengan Metode EOQ hanya satu, yaitu dipilih dengan jumlah
penggunaannya terbanyak dengan menggunakan Metode ABC dengan periode
penggunaaan selama tahun 2015.
1.4
Tujuan Penelitian
Pada
penulisan tugas akhir ini, tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui
kebutuhan material yang optimal
antara perhitungan dengan kebijakan perusahaan dan perhitungan Metode EOQ di
PT. Indra Cipta Sentosa Lestari.
2.
Untuk mengetahui hasil analisis
SWOT perencanaan kebutuhan material dengan
perhitungan kebijakan perusahaan dan Metode EOQ di PT. Indra Cipta Sentosa
Lestari.
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
Penulis
Penelitian ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Program Studi
Teknik Industri Universitas Pamulang.
2. Untuk
Perusahaan
Menjadi bahan masukan bagi perusahaan
dalam menyusun rencana peningkatan perusahaan. Mengetahui aktivitas-aktivitas
utama dalam manajemen logistik.
3. Untuk
Khalayak Umum
Memberikan rujukan/referensi untuk
keperluan studi dan penelitian selanjutnya mengenai topik permasalahan yang
sama.
1.6
Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Berisi
landasan teori yang berhubungan dengan penelitian ini serta dalam bab ini
dimuat kerangka pemikiran yang menggambarkan pola pikir dan sistematika
pelaksanaan penelitian.
BAB
III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab
ini berisikan langkah-langkah sistematika yang dilakukan dalam penelitian yaitu
pengumpulan data, pengolahan dan analisis terhadap masalah serta dilengkapi
dengan metode analisa data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi
gambaran atau deskripsi objek yang diteliti, analisis data yang diperoleh, dan
pembahasan tentang hasil dan analisis.
BAB
V : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan tentang analisis data
dan pembahasan, serta saran yang dapat diberikan kepada pembaca dan perusahaan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Penelitian Terdahulu
Beberapa
data penelitian terdahulu tentang perencanaan kebutuhan material dengan Metode EOQ dan Metode SWOT adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Beberapa Data Penelitian Terdahulu Tentang Perencanaan Kebutuhan Material dengan Metode EOQ dan Metode
SWOT
No
|
Nama
Peneliti
|
Hasil
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
1
|
Juliana
Puspika dan Desi Anita, Inventory
Control dan Perencanaan Persediaan Bahan Baku Produksi Roti pada Pabrik
Roti Bobo Pekanbaru, 2013.
|
Tahun 2010 total biaya persediaan dengan metode EOQ
Rp1.056.177,90 menurut perhitungan pabrik Rp3.059.186,25. Tahun 2011 total
biaya persediaan dengan metode EOQ Rp1.328.092,71 menurut perhitungan pabrik Rp3.873.605,20.
Tahun 2012 dengan metode EOQ, total biaya persediaan Rp Rp1.620.617,17. Total
biaya persediaan pabrik Rp5.226.665,60.
|
Penelitian antara jurnal dan penulis
tidak menggunakan kuesioner.
|
1. Penelitian jurnal menggunakan data selama 3 tahun, penelitian
penulis menggunakan data selama 1 tahun.
2. Bahan baku yang diteliti oleh jurnal dan penulis berbeda, jurnal
meneliti roti sedangkan penulis meneliti plat.
|
2
|
Mutiara
Simbar, Theodora M. Katiandagho, Tommy F Lolowang, dan Jenny Baroleh, Analisis
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Cempaka Pada Industri Mebel UD. Batu Zaman Dengan
Menggunakan Metode Economic Order
Quantity, 2014.
|
Tahun
2013 menurut EOQ pembelian bahan baku 4,448 m³, frekuensi pemesanan 2 kali, safety stock 0,24 m³, reorder point 0,603 m³, total biaya
persediaan Rp 881.670. Menurut perhitungan pabrik pembelian bahan baku 2,3375
m³, frekuensi pemesanan 4 kali, total biaya persediaan Rp. 1.335.000.
|
1.
Data yang diteliti oleh jurnal
dan penulis frekuensinya sama 1 tahun.
2.
Penelitian antara jurnal
dan penulis tidak menggunakan kuesioner.
|
Bahan baku yang diteliti oleh jurnal
dan penulis berbeda, jurnal meneliti kayu sedangkan penulis meneliti plat.
|
(Sumber: Pengolahan
Sendiri dari Berbagai Sumber)
Tabel
2.1 Beberapa Data Penelitian Terdahulu
Tentang Perencanaan Kebutuhan Material
dengan Metode EOQ dan Metode SWOT (Lanjutan)
No
|
Nama
Peneliti
|
Hasil
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
3
|
Siti
Nurhasanah, Analisis Persediaan Solar dengan Menggunakan Metode EOQ pada PT.
Anugerah Bara Kaltim, 2012.
|
Frekuensi
pemesanan 32 dalam setahun, jumlah pembelian 23.657
liter, biaya pemesanan Rp 130.109.481,- biaya penyimpanan Rp
130.113.500,- total biaya persediaan Rp 260.222.981.
|
1. Data yang diteliti oleh jurnal dan penulis frekuensinya sama 1
tahun.
2. Penelitian antara jurnal dan penulis tidak menggunakan
kuesioner.
|
Bahan baku yang diteliti oleh jurnal dan penulis berbeda, jurnal
meneliti solar sedangkan penulis
meneliti plat.
|
4
|
Yulita Veranda
Usman dan Wiwi Yaren, Analisis Strategi Pemasaran Perumahan Bekasi Timur
Regensi 3, 2013.
|
Faktor internal skor bobot 3,369, faktor ekternal
skor 3,435. Analisis matriks QSPM nilai TAS 6,829.
|
Hasil analisis SWOT
pada jurnal dan penulis nilainya berada pada kategori kuat.
|
1. Data yang dianalisis oleh jurnal dan peneliti
berbeda, jurnal meneliti analisis strategi pemasaran sedangkan penulis
meneliti analisis persediaan bahan baku.
2.
Jurnal
menggunakan analisis matriks QSPM sedangkan penulis tidak menggunakan.
|
5
|
Epi Syahadat, Strategi
Pembangunan Hutan Tanaman di Provinsi Kalimantan Timur, 2013.
|
Faktor
internal skor bobot 2,707, faktor eksternal skor bobot 2,868.
|
Hasil analisis SWOT
pada jurnal dan penulis nilainya berada pada kategori kuat.
|
1. Data yang dianalisis oleh jurnal dan peneliti
berbeda, jurnal meneliti analisis strategi pembangunan hutan sedangkan
penulis meneliti analisis persediaan bahan baku.
2. Pengumpulan data pada jurnal dengan kuesioner
sedangkan data penulis tidak menggunakan kuesioner.
|
(Sumber: Pengolahan
Sendiri dari Berbagai Sumber)
2.2 Persediaan
Manajemen persediaan
merupakan teknis yang sangat berguna dalam pengelolaan perusahaan yang bersifat
kongkrit, yaitu bagaimana merumuskan jalan pikiran yang jernih, kongkrit, dan
jelas, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengaktualisasian, dan
pengontrolan sistem perusahaan. Setiap perusahaan manufaktur, selalu memerlukan
persediaan. Tanpa adanya persediaan, maka perusahaan akan dihadapkan pada
resiko bahwa perusahaan pada suatu saat tidak dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan. Pada prinsipnya manajemen persediaan mempermudah sekaligus
memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara
berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta menyampaikannya kepada
konsumen atau pelanggan. produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran
pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah
tangga (Nasution). Sedangkan menurut
Ronald Ballau inventory are stockplies of raw material supplies, component,
work in process, finished goods that appear at numerous point throughout a
firm’s production and logistic channel. Berdasarkan
definisi-definisi tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa persediaan adalah
barang-barang atau bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi yang
disimpan dan dirawat dalam tempat persediaan agar selalu siap pakai memenuhi
kebutuhan konsumen. Persediaan menurut Assauri adalah sebagai berikut:
1. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
Yaitu barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses industri,
yang diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun yang dibeli dari perusahaan yang
menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang membutuhkannya.
2. Persediaan Bagian Produk Yang Dibeli (Purchashed
Parts/Component Stock)
Yaitu Persediaan bagian produksi atau parts yang dibeli dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung
dirakit dengan parts lain tanpa
melalui proses produksi sebelumnya.
3. Persediaan Bahan–Bahan
Yaitu persediaan bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk
membantu berhasilnya proses produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya
suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
4. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process)
Yaitu persediaan barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam
suatu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi
diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
5. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods Stock)
Yaitu persediaan barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual pada
pelanggan atau perusahaan lain.
2.2.1 Jenis-Jenis Persediaan
Secara fisik, item
persediaan dapat dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu sebagai berikut:
1.
Bahan
mentah (Raw Materials), yaitu
barang-barang berwujud seperti baja, kayu, tanah liat, atau bahan-bahan mentah
lainnya yang diperoleh dari seumber-sumber alam, atau dibeli dari pemasok, atau
diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan perusahaan dalam proses
produksinya sendiri.
2.
Komponen,
yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian (Parts) yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi
sendiri atau untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.
3.
Barang
setengah jadi (Work in Process) yaitu
barang-barang keluaran dari tiap operasi produksi atau perakitan yang telah
memiliki bentuk lebih kompleks daripada komponen, namun masih perlu proses
lebih lanjut untuk menjadi barang jadi.
4.
Barang
jadi (Finished Good) adalah
barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk didistribusikan ke konsumen.
5. Bahan pembantu (Supplies Material) adalah barang-barang yang
diperlukan dalam proses pembuatan
atau perakitan barang, namun bukan merupakan komponen barang jadi. Termasuk
bahan penolong adalah bahan bakar, pelumas, listrik dan lain-lain.
2.2.2 Fungsi Persediaan
Menurut Heizer, Render
fungsi persediaan adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan suatu stock
barang–barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari
konsumen.
2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya, bila
permintaan produknya tinggi hanya pada musim panas, perusahaan dapat membantu stock selama musim dingin, sehingga
biaya kekurangan stock dan kehabisan stock dapat dihindari. Demikian pula,
bila pasokan suatu perusahaan berfluktuasi, persediaan bahan baku ekstra
mungkin diperlukan untuk memasangkan proses produksinya.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian
dalam jumlah besar dapat secara substansial dapat menurunkan biaya produk.
4. Untuk melakukan hedging
terhadap inflasi dan perubahan harga.
5. Untuk menghindari dari kekurangan stock yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah
mutu, dan pengiriman yang tidak tepat. Stock
pengaman dapat mengurangi resiko kekurangan stock.
6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan
menggunakan barang dalam proses dalam persediaannya. Hal ini karena perlu waktu
untuk memproduksi barang dan karena sepanjang berlangsungnya proses, terkumpul
persediaan-persediaan.
2.2.3 Biaya-Biaya Persediaan
Jumlah persediaan yang
optimal yaitu yang paling ekonomis, dalam arti tidak terlalu banyak, yang
berarti pemborosan atau tambahan biaya yang tidak perlu juga tidak terlalu
sedikit yaitu masih ada bahaya kehabisan persediaan bahan baku. Menurut Heizer,
Render Biaya yang timbul dari adanya persediaan adalah:
1. Biaya Penyimpanan (Holding Cost)
Biaya penyimpanan adalah biaya yang berkaitan dengan penyimpanan
atau penahanan persediaan sepanjang waktu tertentu. Oleh karena itu biaya
penyimpanan juga mencakup biaya yang berkaitan dengan gudang, seperti biaya
asuransi, staffing tambahan,
pembayaran bunga.
2. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
Biaya pemesanan adalah biaya yang berkaitan dengan penempatan
pemesanan dan penerimaan barang. Biaya ini mencakup biaya pasokan, formulir,
pemprosesan pesanan, tenaga kerja dan sebagainya.
3. Biaya Pemasangan (Setup Cost)
Biaya pemasangan adalah
biaya untuk mempersiapkan mesin atau proses untuk memproduksi pesanan. Manajer
operasional dapat mengurangi biaya pesanan dengan mengurangi biaya pemasangan
dan dengan menggunakan prosedur yang efisien semacam pembayaran dan pemesanan
elektronik.
2.3 Pengendalian Persediaan
Dalam suatu perusahaan, kelancaran kegiatan operasi
harus didukung oleh beberapa kegiatan penting. Pengendalian persediaan
merupakan salah satu kegiatan penting dari urutan kegiatan–kegiatan yang
berkaitan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan sesuai
dengan apa yang telah direncanakan lebih
dahulu baik waktu, jumlah, kualitas, dan biayanya. Pengendalian persediaan ini
juga sangat penting bagi semua jenis perusahaan karena kegiatan ini dapat
membantu tercapainya suatu tingkat efisiensi penggunaan dalam persediaan.
Pengertian pengendalian persediaan menurut Rangkuti
pengendalian persediaan adalah merupakan salah satu fungsi manajemen yang dapat
dipecahkan dengan metode kuantitatif. Sedangkan menurut Assauri adalah merupakan salah satu kegiatan
dari urutan kegiatan–kegiatan yang berkaitan erat satu sama lain dalam seluruh
operasi produksi perusahaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih
dahulu baik waktu, jumlah, kualitas, dan biaya.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengendalian persediaan adalah salah satu aktifitas untuk menetapkan besarnya
persediaan dengan memperhatikan keseimbangan antara besarnya persediaan yang
disimpan dengan biaya yang timbul.
2.3.1 Tujuan Pengendalian Persediaan
Suatu
pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan sudah tentu
mempunyai tujuan–tujuan tertentu.
Tujuan pengendalian
persediaan menurut Assauri adalah:
1.
Menjaga jangan sampai
perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya proses produksi.
2.
Menjaga agar
pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih–lebihan,
sehingga biaya–biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.
3. Menjaga
agar pembelian kecil–kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya
pemesanan menjadi besar.
Dari
keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan
adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahan–bahan yang
tersedia pada waktu yang diburuhkan dengan biaya–biaya yang minimum untuk
keuntungan atau kepentingan perusahaan. Dengan kata lain pengendalian
persediaan untuk menjamin terdapatnya persediaan pada tingkat yang optimal agar produksi dapat berjalan dengan
lancar dan biaya persediaan adalah minimal.
2.3.2
Alasan Menyimpan Persediaan
Ada beberapa alasan
perusahaan menyimpan persediaan. Menurut Nahmias alasan menyimpan persediaan
antara lain:
1. Skala Operasi Ekonomis (Economies of Scale)
Dengan asumsi bahwa perusahaan memproduksi satu line item yang sejenis maka bisa jadi
akan lebih ekonomis jika memproduksi jumlah item
yang relatif besar dalam setiap produksi yang berjalan dan menyimpannya untuk
pemakaian dimasa yang akan datang. Dengan demikian perusahaan juga akan
mencicil biaya set up tetap pada jumlah unit yang besar.
2. Ketidakpastian (Uncertainty)
Ketidakpastian merupakan dorongan utama perusahaan menyimpan
persediaan. Terutama ketidakpastian permintaan eksternal. Ketidakpastian lain yang menjadi alasan adalah
ketidakpastian waktu tunggu (Lead Time), walaupun permintaan yang akan
datang dapat diprediksi secara akurat, tapi perusahaan perlu untuk menyimpan stock untuk menjamin kelancaran
pergerakan produksi atau kelanjutan penjualan ketika waktu tunggu (Lead
Time) penambahan tidak pasti. Selain itu ketidakpastian pasokan
tenaga kerja (Labour Supplay), harga dari sumber-sumber bahan baku, dan
biaya modal (Cost of Capital) juga menjadi alasan perusahaan menyimpan persediaan.
3. Spekulasi
Jika nilai item atau
sumber alam diperkirakan akan naik, maka akan lebih ekonomis jika membeli dalam
jumlah besar pada harga sekarang dan menyimpan item untuk digunakan pada masa mendatang.
4. Transportasi (Trasportation)
Persediaan pipa saluran (Pipeline) ada karena waktu
transportasi adalah positif. Salah satu kekurangan memproduksi dilepas pantai
adalah akan meningkatkan waktu transportasi dan untuk mengatasi hal ini dengan
menggunakan pipa saluran (Pipeline).
5. Kelancaran (Smoothing)
Perubahan pada pola permintaan atas produk bisa dalam bentuk
determinasi atau random. Memproduksi
atau menyimpan persediaan dalam mengantisipasi puncak permintaan (Peak Demand)
bisa membantu mengurangi penyebab gangguan dari perubahan tingkat produksi.
6. Logistik (Logistics)
Beberapa kendala tertentu bisa ada dalam pembelian, produksi, atau
distribusi dari item yang memberi
kekuatan pada sistem untuk memelihara persediaan (Maintain Inventory)
pada salah satu kasus dimana item
harus dibeli pada jumlah yang kecil.
7. Biaya Pengendalian (Control Cost)
Dalam sistem ini banyak
persediaan yang tidak diadakan dalam tingkatan persediaan yang sama. Biaya
pengendalian bisa jadi rendah bagi perusahaan dalam jangka panjang untuk
memelihara persediaan item yang tidak
mahal dari pada mengeluarkan waktu pekerjaan untuk menyimpan salinan detail item ini.
2.3.3 Faktor-Faktor Penting Dalam Persediaan
Persediaan memiliki peranan penting
dalam perusahaan, sehingga sangat penting untuk mengetahui faktor-faktor
penting yang ada di dalamnya. Berikut empat faktor penting fungsi persediaan:
1.
Faktor Waktu
Faktor
waktu menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang
jadi sampai kepada
konsumen, waktu diperlukan untuk membuat
jadwal produksi, memotong bahan baku, pengiriman bahan baku, pengawasan bahan baku, produksi dan
pengiriman barang jadi ke pedagang
besar atau konsmen. Dari faktor ini perusahaan juga dapat memp ertimbangkan bagaimana persediaan yang harus direncanakan. Agar kegiatan produski tidak terhambat oleh faktor tersebut.
2.
Faktor Ketidakpastian
Faktor
ketidakpastian
waktu bahan baku datang. Faktor ketidakpastian bahan baku datang dari supplier menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen. Persediaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu
(Lead Time). Waktu tunggu (Lead Time)
adalah merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku. Waktu
tunggu ini sangat perlu diperhatikan karena sangat erat hubungannya dengan saat pemesanan kembali (Reorder Point) Dengan diketahuinya waktu tunggu yang tepat maka perusahaan dapat
melakukan pemesanan pada saat yang tepat, sehingga risiko
terjadinya penumpukan atau kekurangan persediaan
dapat ditekan seminimal mungkin.
3.
Faktor
Ekonomis
Faktor
ekonomis, adanya keinginan perusahaan untuk
mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang
paling ekonomis. Harga bahan baku yang akan dibeli merupakan salah satu faktor
penentu dalam kebijaksaan persediaan bahan baku, karena harga bahan baku akan
menentukan berapa jumlah modal yang harus disiapkan perusahaan dalam pembelian
bahan baku. Faktor ini juga merupakan peranan penting bagi perusahaan untuk
menentukan sistem pembelian maupun penyimpanan bahan baku yang memang
diperlukan untuk kegiatan produksi.
4.
Faktor
Pemakaian Bahan Baku
Sebelum
pembelian
dilakukan, maka manajer harus dapat membuat perkiraan pemakaian bahan baku yang akan
digunakan dalam proses produksi dalam satu
periode. Perkiraan bahan baku
ini merupakan perkiraan tentang
berapa jumlah bahan baku
yang akan dipergunakan perusahaan
pada waktu yang datang. Untuk
memperoleh data ini dilakukan peramalan.
5.
Biay a-Biaya Persediaan
Biaya persediaan bahan baku ini
ada dua macam, yaitu biaya persediaan yang semakin besar dengan semakin besarnya
rata-rata persediaan dan biaya
persediaan yang semakin kecil dengan
semakin besarnya rata-rata persediaan.
6.
Kebijakan Pembelanjaan
Seberapa
besar dana yang digunakan untuk keperluan pembelanjaan bahan
baku atau barang-barang yang menyangkut
keperluan produksi perusahaan, sangat
tergantung kepada kebijakan pembelanjaan dari perusahaan tersebut. Antara lain modal yang ditetapkan oleh perusahaan, atau budget yang memang
sudah ditentukan dari masing-masing departemen.
2.4
Tujuan Metode EOQ dan Metode SWOT
Tujuan
metode EOQ adalah untuk mengetahui berapa jumlah, atau frekuensi pemesanan,
atau nilai pemesanan yang paling ekonomis dengan cara dilakukan perhitungan
dengan rumus dalam pengendalian persediaan metode EOQ mengandung pengertian
bahwa pada waktu tercapai titik pemesanan kembali, dilakukan pemesanan sebesar
EOQ.
Sedangkan
tujuan metode SWOT adalah untuk mengetahui bagaimana kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman dengan cara melakukan analisis terhadap hal yang
dipermasalahkan dengan membuat indikator-indikator dari variabel tersebut dan
memberikan bobot, rating, dan score untuk dapat mengetahui
indikator-indikator yang perlu dilakukan perhatian lebih atau perubahan agar
menjadi lebih baik lagi.
2.5 Metode Always Better
Control (ABC)
Analisis ABC merupakan salah satu cara
pengendalian persediaan dengan cara mengurutkan dan mengelompokkan jenis
barang. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa terdapat sedikit hal
yang penting dan banyak hal yang sepele.
Tujuannya adalah membuat kebijkan persediaan yang memusatkan sumber daya pada
komponen persediaan penting yang sedikit dan bukan pada yang banyak tetapi
sepele.
1. Kelompok
A adalah kelompok 70% terbanyak nilai investasinya dan merupakan kelompok
barang persediaan yang membutuhkan dana investasi yang tinggi.
2. Kelompok
B adalah kelompok yang berada diantara kedua kelompok (20%) dan merupakan
kelompok barang persediaan yang membutuhkan dana investasi yang sedang.
3. Kelompok
C adalah kelompok 10% atau terendah
nilai investasinya, dan merupakan kelompok barang persediaan yang membutuhkan
dana investasi yang rendah.
Klasifikasi Pengelompokkan persediaan pada analisis ABC:
1. Kelompok A
a. Kelompok
barang dengan nilai investasi tinggi.
b. Mencakup
80% jumlah nilai investasi dari total persediaan (% kumulatif 0 – 80%).
c. Jenis
barang hanya 20% dari jumlah barang persediaan.
2. Kelompok B
a. Kelompok
barang dengan nilai investasi sedang.
b. Mencakup
15% jumlah nilai investasi dari total persediaan (% kumulatif 81-95%).
c. Jenis
barang 30% dari jumlah persediaan.
3. Kelompok C
a. Kelompok
barang dengan nilai investasi rendah.
b. Mencakup
5% jumlah nilai investasi dari total persediaan (% kumulatif 96-100%).
c. Jenis
barang 50% dari jumlah barang persediaan.
Secara garis besar bisa
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kelompok
A memerlukan pemantauan ketat, sistem pencatatan yang akurat dan lengkap, serta
peninjauan tetap oleh pengambil keputusan yang
berpengaruh.
2. Kelompok
B memerlukan pengendalian yang tidak terlalu ketat, sistem pencatatan yang
cukup baik, dan peninjauan berkala.
3. Kelompok
C memerlukan pemantauan yang sederhana, sistem pencatatan yang sederhana atau
tidak menggunakan sistem pencatatan, dan jumlah persediaan banyak dapat dilakukan.
2.6
Cara Membuat Analisis SWOT
Penelitian
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam
analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan weaknesses
serta lingkungan eksternal opportunities
dan threats yang dihadapi dunia
bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (Opportunities)
dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan (Strengths), dan kelemahan (Weaknesses).
Berikut adalah diagram analisis SWOT yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram Analisis
SWOT
(Sumber: Freddy Rangkuti, Teknik
Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT, 2008)
Kuadran I, ini merupakan situasi
sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).
Kuadran II, meskipun menghadapi
berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan
cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran III, perusahaan menghadapi
peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa
kendala/kelemahan internal. Kondisi
bisnis pada kuadran III ini mirip dengan question
mark pada BCG matrix. Fokus
strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat
merebut peluang pasar yang lebih baik. Misalnya, Apple menggunakan strategi peninjauan kembali teknologi yang
dipergunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam industri microcomputer.
Kuadran IV, ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
2.6.1 Cara Perhitungan Bobot dan Rating dalam Analisis SWOT
Perhitungan bobot dan rating dalam analisis SWOT dapat
menggunakan tiga langkah, yaitu:
1.
Menentukan indikator-indikator SWOT.
2.
Menentukan bobot, rating,
dan score. Bobot ditentukan
berdasarkan tingkat kepentingan atau urgensi
penanganan dengan skala 1 sampai 5 (1 = tidak penting, 5 = sangat penting).
3.
Menghitung bobot untuk masing-masing indikator yang
terdapat pada kekuatan dan kelemahan, sehingga total nilai bobot tersebut
menjadi 1 atau 100%. Dengan cara yang sama dihitung bobot untuk peluang dan
ancaman.
4.
Menentukan rating.
Rating adalah analisis kita terhadap
kemungkinan yang akan terjadi dalam jangka pendek (misalnya satu tahun ke
depan). Nilai rating untuk variabel
kekuatan diberi nilai 1 sampai 4. Diberi nilai 1 kalau kemungkinan indikator
tersebut kinerjanya semakin menurun dibandingkan pesaing utama. Diberi nilai 2
kalau indikator itu kinerjanya sama dengan pesaing utama. Sedangkan diberi
nilai 3 atau 4, kalau indikator tersebut lebih baik dibandingkan pesaing utama.
Semakin tinggi nilainya artinya kinerja indikator tersebut tahun depan akan
semakin baik dibandingkan pesaing utama. Nilai rating variabel kelemahan diberi nilai 1 sampai 4. Diberi nilai 1
kalau indikator tersebut semakin banyak kelemahannya dibandingkan pesaing
utama. Sebaliknya diberi nilai 4 kalau kelemahan indikator tersebut semakin
menurun dibandingkan pesaing utama pada tahun depan. Artinya pemberian nilai rating untuk variabel kelemahan atau
variabel ancaman berkebalikan dengan pemberian nilai rating untuk variabel kekuatan dan variabel peluang.
|
||||
|
2.6.2 Matriks SWOT
Alat
yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks
SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi
perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Matriks ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategis, dan dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Matriks SWOT
|
Strengths (S)
Tentukan
5-10 faktor-faktor kelemahan internal.
|
Weaknesses (W)
Tentukan
5-10 faktor-faktor kekuatan internal.
|
Opportunities (O)
Tentukan
5-10 faktor peluang eksternal.
|
Strategi SO
Ciptakan
strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
|
Strategi WO
Ciptakan
strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
|
(Sumber: Freddy Rangkuti, Teknik
Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT, 2008)
Tabel 2.2 Matriks SWOT (Lanjutan)
Threats
(T)
Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal.
|
Strategi ST
Ciptakan strategi yang menggunakan
kekuatan untuk
|
Strategi WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan dan menghindari ancaman.
|
(Sumber: Freddy Rangkuti, Teknik
Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT, 2008)
Sebelum
menghasilkan matriks SWOT, pembuatan EFE (Eksternal
Factor Evaluation) dan IFE (Internal
Factor Evaluation) tentu saja menjadi hal yang harus didahulukan terlebih
dahulu.
1. Strategi
SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan
pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut
dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi
ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan
kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi
WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi
WT
Strategi
ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
2.6.3 Input
Sistem EOQ dan SWOT
Pada
penelitian ini input yang ada dalam
sistem EOQ adalah pengumpulan data jumlah pembelian material, harga material,
frekuensi pembelian material dan
biaya pemesanan pada perusahaan untuk setelah itu data akan digunakan analisis
dengan metode EOQ dan setelah itu dilakukan perbandingan dengan kebijakan
perusahaan.
Sedangkan
pada input sistem SWOT adalah
mengumpulkan indikator-indikator variabel kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman pada hal yang akan di analisis dengan metode SWOT.
2.6.4 Output
Sistem EOQ dan SWOT
Pada
penelitian ini output yang dihasilkan
pada sistem EOQ ini adalah jumlah pembelian yang optimal, biaya penyimpanan,
biaya pemesanan, biaya persediaan, frekuensi pemesanan, reorder point, biaya pembelian, safety
stock, dan juga jumlah permintaan selama lead time setelah sebelumnya dilakukan analisis dengan menggunakan
data yang sudah ada dan setelah itu dilakukan perbandingan dengan perhitungan
kebijakan perusahaan untuk mengetahui perhitungan yang lebih optimal.
Sedangkan
pada sistem SWOT output yang
dihasilkan adalah nilai-nilai dari indikator-indikator variabel SWOT bahwa dari
nilai-nilai tersebut dapat diketahui variabel yang kuat dan lemah, untuk dapat
dijadikan bahan pertimbangan agar variabel yang lemah bisa dilakukan perubahan
agar menjadi kuat.
2.7 Kerangka Fikir
Dalam setiap perusahaan terdapat fungsi pokok yang
menyebabkan kelangsungan hidup perusahaan tetap terjaga yaitu proses produksi.
Hasil dari proses produksi tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan konsumen
dengan kualitas yang baik, sehingga perusahaan juga memerlukan bahan baku
produksi yang juga berkualitas tinggi agar kebutuhan konsumen dapat terpenuhi
sesuai kualitas dan tepat waktu.
Agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar,
maka semua aspek yang mempengaruhinya harus direncanakan dengan baik. Salah
satunya persediaan bahan baku di perusahaan. Persediaan memegang peranan
penting dalam proses produksi perusahaan. Jika persediaan terlalu sedikit maka akan
menghambat proses produksi perusahaan, karena akan terbentur pada resiko
kehabisan bahan. Yang mengakibatkan tertundanya pemenuhan pesanan konsumen.
Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan metode
EOQ. Dan juga untuk meningkatkan perkembangan perusahaan, maka untuk mengetahui
permasalahan yang ada di dalam perusahaan adalah dengan menggunakan metode
SWOT.
Berikut ini adalah kerangka fikir penelitian pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Kerangka Fikir
(Sumber: Pengolahan Sendiri
dari Berbagai Sumber)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi suatu pabrik meruapakan
salah satu faktor yang penting dalam memperlancar operasi suatu perusahaan.
Apabila suatu perusahaan terletak pada lokasi yang tepat, maka akan dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan, karena perusahaan dapat meminimumkan
biaya seperti biaya transportasi, biaya distribusi barang serta tidak
terganggunya proses produksi yang jauh dari pemukiman penduduk. Lokasi
perusahaan merupakan tempat kerja dimana perusahaan melakukan kegiatan kerja
atau melakukan aktivitasnya. Lokasi PT. Indra Cipta Sentosa Lestari adalah
terletak di Komplek Pergudangan dan Industri Arcadia Blok G7 No. 7-8 Jl. Daan
Mogot Km. 21 Batu Ceper, Tangerang, Provinsi Banten. Pendirian lokasi pabrik
tersebut atas dasar pertimbangan bahwa:
1. Lokasi
di daerah tersebut merupakan daerah strategis untuk pendekatan ke sumber bahan
baku.
2. Pabrik
didirikan di Kawasan Industri dekat dari kepadatan penduduk, tetapi tidak menggangu
masyarakat sekitarnya karena ada pembatas antara kawasan industri dan rumah
penduduk.
3. Mudahnya
sarana transportasi, karena merupakan jalur jalan raya dan dapat dilalui
kendaraan besar lainnya.
3.2
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kasus dimana
penelitian dilakukan menggunakan data yang dikumpulkan melalui wawancara,
observasi, dan dokumen. Objek penelitian dalam judul ini secara keseluruhan
berkaitan dengan persediaan dan penggunaan bahan baku serta menganalisis
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perencanaan kebutuhan material pada PT. Indra Cipta Sentosa
Lestari.
Jenis penelitian dalam analisis ini menggunakan data sekunder
yang datanya diperoleh langsung dari perusahaan. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel yaitu pemakaian bahan sesungguhnya, peramalan persediaan bahan
baku, perencanaan persediaan bahan baku, Economic
Order Quantity (EOQ), frekuensi
pemesanan, total biaya pemesanan, total biaya penyimpanan, total biaya
persediaan, jumlah permintaan per hari, jumlah permintaan selama lead time, reorder point, biaya pembelian, maksimum stock, dan SWOT kebutuhan material
sebelum menggunakan EOQ dan sesudah menggunakan EOQ.
3.3 Data
dan Sumber Data
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
menjadi data penelitian. Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi tertulis yaitu
informasi mengenai bahan baku yang digunakan dan perencanaan persediaan bahan
baku. Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka mengenai jumlah
persediaan bahan baku dan jumlah pemesanan bahan baku.
Sumber data secara keseluruhan diperoleh dari dalam institusi
yang menjadi tempat penelitian. Data yang sifatnya kualitatif diperoleh dari
berkas-berkas atau dokumen dari bagian gudang dan bagian pembelian.
Sedangkan data yang bersifat kuantitatif
diperoleh dari wawancara dan pengamatan langsung diperusahaan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk menghimpun data yang dibutuhkan, maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Data Primer
a. Teknik interview/wawancara,
yaitu teknik mendapatkan data dengan mengadakan wawancara langsung dengan
karyawan perusahaan yang kompeten atau lebih mengetahui secara mendalam tentang
apa yang diangkat dalam penelitian ini. Dari teknik ini diharapkan dapat
memperoleh data tentang gambaran umum perusahaan, bahan baku yang digunakan
dalam perusahaan, dan data lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
b. Observasi, yaitu salah satu pengambilan data yang
dilaksanakan dengan cara melakukan pencatatan data secara sistematik terhadap
suatu obyek pengamatan.
2. Data Sekunder
a.
Dokumentasi,
yaitu teknik pengumpulan data yang penyelidikannya ditujukan pada penguraian
dan penjelesan melalui sumber-sumber berkas atau dokumen. Dari teknik ini
diharapkan memperoleh data tentang jumlah pemakaian bahan baku, biaya
persediaan bahan baku, pemakaian jenis bahan baku, waktu tunggu, persediaan
pengamanan, dan pembelian bahan baku kembali.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Setiap perusahaan, apalagi perusahaan industri memerlukan
berbagai jenis barang untuk keperluan industrinya. Barang-barang ini dapat
berbentuk bahan baku, bahan penolong, atau barang-barang lain yang digunakan
untuk memelihara peralatan dan fasilitas, maupun yang digunakan untuk
pelaksanaan operasinya. Dalam banyak hal, barang ini diperoleh dari tempat yang
jauh, bahkan diimpor dari negara lain. Di samping itu, penggunaannya sering
kali tidak teratur, baik frekuensi maupun jumlah dan jenisnya, sehingga sebelum
digunakan perlu disimpan terlebih dahulu dalam gudang penyimpanan barang. Salah
satu cara perhitungan yang digunakan dalam pengendalian persediaan adalah EOQ.
Model EOQ mengandung pengertian bahwa pada waktu tercapai titik pemesanaan
kembali, dilakukan pemesanan sebesar EOQ. Model EOQ adalah sebuah perhitungan
dengan rumus mengenai berapa jumlah, atau frekuensi pemesanan, atau nilai
pemesanan yang paling ekonomis. Dalam hampir semua situasi yang menyangkut
pengelolaan persediaan barang jadi, model ini dapat dikatakan cocok untuk
digunakan.
Pimpinan suatu organisasi, setiap hari berusaha mencari
kesesuaian antara kekuatan-kekuatan internal
perusahaan dan kekuatan-kekuatan eksternal
(peluang dan ancaman) suatu pasar. Kegiatannya meliputi pengamatan secara
hati-hati persaingan, peraturan, tingkat inflasi, siklus bisnis, keinginan dan
harapan konsumen, serta faktor-faktor lain yang dapat mengidentifikasi peluang
dan ancaman.
3.6 Metode Analisis Data
Tahap analisis data merupakan tahap yang sangat
mempengaruhi berhasil tidaknya penelitian ini, karena kesalahan dalam tahap ini
akan menyebabkan kesalahan dalam tahap-tahap berikutnya. Tahap analisis adalah
satu kegiatan untuk menentukan klasifikasi data, analisis data dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mengumpulkan
data yang berfungsi untuk memperoleh data yang diperlukan.
2.
Mengklasifikasikan
atau mengelompokkan data sesuai dengan jenis dan fungsinya.
3.
Melakukan
analisis data primer dan data sekunder.
Metode analisis data yang dipakai dalam
menganalisis data yang telah dirumuskan diatas dengan menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) yang
merupakan suatu model yang menyangkut pengadaan atau persediaan bahan baku pada
suatu perusahaan, dan menggunakan Metode SWOT yang merupakan suatu model yang
menyangkut analisis dari suatu obyek yang dapat dianalisis dengan faktor-faktor
strategis kekuatan (Strengths),
Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan Kelemahan (Threats).
3.6.1 Economic Order Quantity (EOQ)
Economic Order Quantity
(EOQ) adalah kuantitas bahan yang dibeli setiap kali pembelian dengan biaya
yang paling minimal. Konsep perhitungan atas dasar jumlah pemesanan ekonomis
atau Economic Order Quantity (EOQ) ini
didasarkan atas pemikiran yang cukup logis dan sederhana. Makin sering
pengisian kembali persediaan itu dilakukan, persediaan rata-rata akan semakin
kecil dan ini berakibat bahwa biaya dalam bentuk biaya penyediaan barang akan
makin kecil juga. Tetapi di lain pihak, makin sering pengisian kembali
persediaan itu dilakukan, maka biaya pemesanan akan semakin besar pula. Oleh
karena itu dicari suatu keseimbangan yang paling ekonomis atau paling optimal
dari dua hal yang saling bertentangan tersebut. Untuk mencari titik
keseimbangan itulah maksud dari rumus EOQ tersebut.
Model ini mengidentifikasi kuantitas
pemesanan atau pembelian optimal dengan tujuan meminimalkan biaya persediaan yang terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Handoko, mengemukakan bahwa metode EOQ (Economic Order Quantity) yaitu
dengan adanya kebutuhan tetap, untuk mengetahui jumlah pembelian pesanan yang
ekonomis.
Dalam
meminimumkan biaya, diperlukan pengetahuan tentang jumlah pemesanan yang paling
ekonomis. Dalam usaha menentukan jumlah pemesanan yang paling ekonomis
tersebut, terdapat dua biaya utama yaitu biaya pemesanan (Ordering Cost) dan biaya
penyimpanan (Carrying Cost) yang
memiliki sifat berbanding terbalik. Apabila barang yang dipesan dalam jumlah
yang banyak, biaya pemesanan sedikit namun akan terkendala pada biaya
penyimpanan yang cenderung besar. Namun apabila frekuensi pemesanan sering
dilakukan, maka biaya pemesanan akan tinggi walaupun bisa meminumkan biaya
penyimpanan. Untuk itu diperlukan keseimbangan antara kedua biaya. Dengan kata
lain, jumlah pemesanan yang paling ekonomis merupakan jumlah atau besarnya
pesanan yang memiliki biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang
minimum. Metode yang
dapat digunakan untuk
menentukan jumlah pemesanan
yang paling ekonomis
adalah dengan menggunakan model Economic Order Quantity (EOQ).
Metode
EOQ dapat digunakan apabila kebutuhan-kebutuhan permintaan pada masa yang akan
datang memiliki jumlah yang konstan dan relatif memiliki fluktuasi perubahan
yang sangat kecil. Apabila jumlah permintaan dan masa tenggang diketahui, maka
dapat diasumsikan bahwa jumlah permintaan dan masa tenggang merupakan bilangan
yang konstan dan diketahui. EOQ dihitung dengan menganalisis total biaya (TC).
Total Biaya pada satu periode merupakan jumlah dari biaya pemesanan ditambah
biaya penyimpanan selama periode tertentu.
Sukanto
menyatakan bahwa kebijakan persediaan dapat menentukan jumlah pesanan ekonomis
yang bertalian dengan
penentuan berapa banyak
dipesan dan titik pemesanan kembali yang bertalian dengan kapan mengadakan
pesanan.
Model
persediaan EOQ memakai asumsi-asumsi sebagai berikut:
1.
Hanya satu barang yang diperhitungkan.
2.
Kebutuhan permintaan
setiap periode diketahui, relatif tetap dan terus menerus.
3.
Barang yang dipesan
diasumsikan langsung dapat tersedia atau berlimpah.
4.
Waktu tenggang (Lead Time) bersifat konstan.
5.
Setiap pesanan diterima
dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.
6.
Tidak ada pesanan ulang
(Back Order) karena kehabisan persediaan.
7. Tidak
ada quantity discount.
3.6.2 Frekuensi Pemesanan
Frekuensi pemesanan ialah banyaknya pemesanan yang dilakukan dalam satu periode tertentu dengan pertimbangan
jumlah ekonomis setiap pemesanan yang dilakukan.
Dimana banyaknya demand dalam satu periode dibagi dengan ukuran lot
dari pada ekonomis pesanan tersebut. Di dalam menjalankan aktivitasnya,
perusahaan juga harus menentukan frekuensi pemesanan yang efektif karena jika
terlalu sering melakukan pemesanan pasti akan menimbulkan banyak biaya
operasional dalam pemesanan dan begitu juga jika frekuensi pemesanan dilakukan
kadang-kadang/sewaktu bahan baku akan habis, maka yang akan terjadi pasti
perusahaan akan kekurangan bahan baku dalam produksinya selama lead time menunggu kedatangan bahan baku
dan bisa jadi juga produksi perusahaan akan berhenti.
3.6.3 Total
Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan
pengeluaran surat pesanan atau kontrak pembelian. Biaya pemesanan ini tidak
tergantung dari jumlah barang yang dipesan, tetapi tergantung dari jumlah surat
pesanan yang dikeluarkan. Dalam suatu perusahaan manufaktur, biaya pemesanan
ini biasanya terdiri dari beberapa komponen, yaitu biaya pengawasan produksi,
biaya penghentian dan pemasangan kembali, biaya kehilangan kapasitas, dan biaya
pemrosesan surat pesanan.
1.
Biaya Pengawasan
Produksi
Biaya tahunan pengawasan produksi tidak
tergantung dari berapa jumlah barang yang dipesan, tetapi dari jumlah pesanan
yang ditempatkan. Makin sedikit pengeluaran surat pesanan, makin kecil biaya
ini.
2.
Biaya Penghentian dan
Pengawasan Kembali
Setiap kali suatu pesanan ditempatkan
dan barangnya datang, dilakukan langkah-langkah penyesuaian kembali lini
produksi, sehingga biaya ini juga tergantung dari berapa kali pesanan
ditempatkan.
3.
Biaya Kehilangan
Kapasitas
Setiap suatu jumlah barang pesanan
datang, perlu diadakan penyesuaian kembali ditempat kerja atau di ban berjalan.
Ada beberapa waktu yang diperlukan sebelum produksi berjalan lagi. Ini
merupakan kapasitas yang terbuang atau hilang dan diperhitungkan sebagai biaya.
4.
Biaya Pemrosesan Surat Pesanan
Ini
menyangkut seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mengeluarkan surat pesanan atau
kontrak pembelian barang. Biaya ini menyangkut biaya tender, evaluasi surat
pesanan, korespondensi, penyiapan surat pesanan, tindak lanjut, penerimaan
barang, pembayaran, dan sebagainya.
3.6.4 Total Biaya Penyimpanan
Model ini adalah untuk mengetahui jumlah semua biaya penyimpanan. Biaya
penyimpanan adalah biaya–biaya yang dikeluarkan
karena perusahaan melakukan
penyimpanan dalam persediaan bahan baku dalam jangka waktu tertentu. Disebut
juga inventory carrying cost, atau holding cost, atau inventory holding cost, atau stock
holding cost atau ada juga yang menyebutnya inventory hidden cost. Disebut hidden
cost karena biaya ini memang nyata ada, tetapi terhitung dalam sistem
pembukuan karena merupakan biaya atas kehilangan kesempatan (Opportunity Cost). Biaya ini meliputi
seluruh biaya yang menyangkut penyimpanan barang ditempat penyimpanan akhir
ditempat pembeli, maupun ditempat penyimpanan transit di perjalanan.
3.6.5 Total
Biaya Persediaan
Model ini biaya total persediaan bahan baku meliputi biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Untuk
mengetahui total biaya persediaan bahan baku minimal yang
diperlukan EOQ. Hal ini
dilakukan untuk penghematan biaya persediaan perusahaan.
3.6.6 Jumlah Permintaan Per Hari
Model ini adalah untuk mengetahui jumlah permintaan bahan baku per
hari. Permintaan adalah keinginan
konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu
tertentu. Singkatnya permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta
pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan
tertentu dan dalam periode tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan:
1. Harga
barang itu sendiri. Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap
barang itu bertambah.
2. Harga
barang lain yang terkait berpengaruh apabila terdapat 2 barang yang saling
terkait yang keterkaitannya dapat bersifat subtitusi (pengganti) dan bersifat
komplemen (penggenap).
3. Tingkat pendapatan perkapita
dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi
tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu
barang meningkat.
4. Selera atau kebiasaan. Tinggi rendahnya suatu permintaan ditentukan oleh selera
atau kebiasaan dari pola hidup suatu masyarakat.
5. Jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau
kebiasaan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar permintaan
terhadap barang tersebut.
6. Perkiraan harga di masa mendatang.
Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang
akan naik, adalah lebih baik membeli barang tersebut sekarang, sehingga
mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di
masa depan.
7. Distribusi pendapatan. Tingkat pendapatan perkapita bisa memberikan
kesimpulan yang salah bila distribusi pendapatan buruk. Jika distribusi
pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan
terhadap suatu barang menurun.
8.
Usaha-usaha
produsen meningkatkan penjualan. Bujukan para penjual untuk membeli barang besar sekali
peranannya dalam mempengaruhi masyarakat. Usaha-usaha promosi kepada pembeli
sering mendorong orang untuk membeli banyak dari pada biasanya.
3.6.7 Jumlah Permintaan Selama Lead Time
Lead Time merupakan waktu perusahaan dalam menunggu bahan baku yang dipesan
datang. Data yang digunakan untuk perhitungan lead time berdasarkan pengalaman perusahaan (Arthur et al). Tujuan dari menghitung jumlah
permintaan selama lead time adalah
untuk mengetahui apakah jumlah safety
stock cukup digunakan untuk produksi selama menunggu kedatangan bahan baku
yang dipesan oleh perusahaan kepada supplier.
Perhitungan jumlah permintaan selama lead
time rata-rata sudah diramalkan dan dari hasil peramalan tersebut jumlah safety stock diramalkan akan mencukupi
kebutuhan selama lead time.
3.6.8 Reorder Point (ROP)
Reoder point adalah saat
atau waktu tertentu perusahaan harus mengadakan pemesanan bahan dasar
kembali, sehingga datangnya pesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan dasar yang
dibeli, khususnya dengan metode EOQ (Gitosudarmo).
Menurut
Freddy Rangkuti, reorder point terjadi apabila jumlah
persediaan yang terdapat di dalam stock berkurang terus. Dengan demikian
kita harus menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus
dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Jumlah yang
diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang. Selain itu dapat pula ditambahkan dengan safety stock yang biasanya mengacu kepada probabilitas atau
kemungkinan terjadinya kekurangan stock selama masa tenggang.
Faktor
yang mempengaruhi pemesanan ulang (Reorder
Point):
1.
Waktu yang diperlukan
dari saat pemesanan sampai dengan barang datang di perusahaan (Lead Time).
2.
Tingkat pemakaian
barang rata-rata/hari atau satuan waktu lainnya.
3.
Persediaan safety stock (jumlah persediaan barang
yang minimum harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya barang
yang dibeli agar perushaaan tidak mengalami stock
out/gangguan kelancaran kegiatan produksi karena kehabisan barang.
3.6.9 Biaya Pembelian
Model ini adalah untuk mengetahui biaya pembelian bahan baku. Biaya
pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya
pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan
barang. Pembelian adalah
proses penemuan sumber dan pemesanan bahan, jasa, dan perlengkapan. Kegiatan
tersebut terkadang disebut Pengadaan barang. Tujuan utamanya adalah memperoleh
bahan dengan biaya serendah mungkin yang konsisten dengan kualitas dan jasa
yang dipersyaratkan. Terlepas dari memastikan bahwa perusahaan mempunyai
persediaan bahan tanpa henti, adalah fungsi dari pembelian untuk memastikan
bahwa ada keseimbangan antara persediaan bahan dengan tingkat inventaris
sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi labanya sepanjang menyangkut biaya anda. Menurut Sofian
Assauri Pembelian merupakan salah satu fungsi yang penting dalam berhasilnya
operasi suatu perusahaan. Fungsi ini dibebani tanggung jawab untuk mendapatkan
kuantitas dan kualitas bahan-bahan yang tersedia pada waktu dibutuhkan dengan
harga yang sesuai dengan harga yang berlaku. Pengawasan perlu dilakukan
terhadap pelaksanaan fungsi ini, karena pembelian menyangkut investasi dana
dalam persediaan dan kelancaran arus bahan ke dalam pabrik.
Sedangkan menurut Mulyadi aktivitas
dalam proses pembelian barang adalah:
1.
Permintaan pembelian.
2.
Pemilihan pemasok.
3.
Penempatan order pembelian.
4.
Penerimaan barang.
5.
Pencatatan transaksi pembelian.
Permintaan pembelian adalah contoh suatu
aktivitas yang merupakan satuan pekerjaan yang ditujukan untuk memicu bagian
pembelian melakukan pengadaan barang sesuai dengan spesifikasi dan jadwal
sebagaimana yang dibutuhkan oleh pemakai barang. Penerimaan barang adalah
contoh aktivitas tentang penerimaan kiriman dari pemasok sebagai akibat adanya order pembelian yang dibuat oleh bagian
pembelian.
3.6.10
Maksimum Stock
Persediaan
maksimum diperlukan oleh perusahaan agar kuantitas persediaan yang ada
di gudang tidak berlebihan sehingga tidak terjadi pemborosan modal kerja (Rumincap). Persediaan
maksimum yaitu jumlah maksimum yang diperbolehkan disimpan dalam persediaan.
Dengan adanya persediaan maksimum akan membantu perusahaan dalam pengendalian
persediaan karena setiap akan melakukan pemebelian persediaan ada batasan
maksimum persediaannya. Persediaan maksimum juga membantu perusahaan dalam hal
kapasitas tempat untuk persediaan bahan baku/barang. Persediaan maksimum juga
mempermudah jadwal pembelian bahan baku dan kedatangan bahan baku.
3.6.11
Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (Strenghts), ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan perusahaan. Dengan demikianlah, perencanaan strategis (Strategic Planner) harus menganalisis
faktor-faktor strategis perusahaan (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman)
dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisi Situasi. Model
yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT. Setiap
perusahaan yang melakukan analisis SWOT harus melakukan:
1. Mendefinisikan bisnisnya.
2. Mereka harus mengidentifikasi peluang dan ancaman.
3. Menentukan faktor-faktor keberhasilan usaha.
4. Orientasi ke depan dan menilai kemampuan serta tingkat persaingan
yang ada.
Lingkungan
bisnis yang mempengaruhi berasal dari lingkungan eksternal dan internal.
Lingkungan eksternal dapat dianalisis
menjadi peluang (Opportunities) dan
ancaman (Threats), sedangkan internal dapat dianalisis menjadi
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Fokus pertama analisis SWOT
didefinisikan sebagai berikut:
1. Peluang (Opportunities)
Suatu peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan
lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan utama adalah salah satu dari
peluang. Identifikasi dari segmen pasar yang sebelumnya terlewatkan,
perubahan-perubahan dalam keadaan bersaing atau peraturan, perubahan teknologi,
dan pasar hubungan pembeli dan pemasok yang diperbaiki dapat menentukan
peluang bagi perusahaan.
2. Ancaman (Threats)
Suatu ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan suatu perusahaan. Ancaman adalah rintangan-rintangan utama bagi
posisi sekarang yang diinginkan oleh perusahaan. Masuknya peluang baru,
pertumbuhan pasar yang lambat, daya tawar pembeli, pemasok utama yang
meningkat, perubahan teknologi dan peraturan yang baru atau direvisi dapat
merupakan ancaman bagi suatu perusahaan.
Memahami
peluang dan ancaman penting yang dihadapi suatu perusahaan membantu manajer
mengidentifikasi pilihan yang realitas untuk memilih suatu strategi yang tepat
dan dapat menjernihkan celah yang paling efektif bagi perusahaan. Fokus kedua
analisis SWOT didefinisikan sebagai berikut:
1. Kekuatan (Strengths)
Kekuatan merupakan sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain
yang relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan untuk melayani
atau hendaknya dilayani. Kekuatan merupakan suatu kompetisi yang memberi suatu
keunggulan komparatif dalam pasar. Kekuatan berkaitan dengan sumber daya
keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan dengan pemasok dan faktor-faktor
lainnya.
2. Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan merupakan
keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, ketrampilan dan kemampuan yang
secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan. Secara keseluruhan
analisis SWOT menekankan bahwa pentingnya identitas kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki dapat membantu perumusan strategi yang aman, namun tidak dapat
menjelaskan bagaimana cara manajemen mengadakan identifikasi kekuatan dan
kelemahan internal.
3.7 Flowchart Penelitian
Menurut James A. Hall yang diterjemahkan oleh Amir Abadi
Yusuf dalam buku yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi menyatakan definisi Flowchart bahwa: “Flowchart adalah representasi grafik dari sebuah sistem yang
menjelaskan relasi fisik diantara entitas-entitas kuncinya”.
Menurut Krismiaji dalam buku yang berjudul Sistem Informasi
Akuntansi mengatakan definisi Flowchart
bahwa: “Bagian alir (Flowchart)
merupakan teknik analitas yang digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek sistem
informasi secara jelas, tepat dan logis”.
Jadi kesimpulannya, Flowchart
atau diagram alir merupakan sebuah diagram dengan simbol-simbol grafis yang
menyatakan aliran algoritma atau proses yang menampilkan langkah-langkah yang
disimbolkan dalam bentuk kotak, beserta urutannya dengan menghubungkan
masing-masing langkah tersebut menggunakan tanda panah. Berikut ini beberapa
petunjuk yang harus diperhatikan, seperti:
1.
Flowchart
digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri ke kanan.
2.
Aktivitas
yang digunakan harus didefinisikan secara hati-hati dan definisi ini harus
dapat di mengerti oleh pembacanya.
3.
Kapan
aktivitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.
4.
Setiap
langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan deskripsi kata.
5.
Setiap
langkah dari aktivitas harus berada pada urutan yang benar.
6.
Lingkup
dan range dari aktivitas yang sedang
digambarkan harus ditelusuri dengan hati-hati.
7.
Menggunakan
simbol-simbol flowchart yang standar.
Adapun diagram alur
proses penelitian ini ditunjukan pada Gambar
3.1.
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
Gambar 3.1 Flowchart
Penelitian
(Sumber: Pengolahan Sendiri dari
Berbagai Sumber)

Gambar
3.1 Flowchart
Penelitian (Lanjutan)
(Sumber: Pengolahan Sendiri dari Berbagai Sumber)
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
CV. Indra Cipta Sarana, didirikan pada tanggal 1 November 1990. Seiring waktu
terus, banyak pelanggan CV. Indra Cipta Sarana meminta CV. Indra Cipta Sarana
untuk memiliki PT bukannya CV. Jadi kita membuat perusahaan baru dengan nama
baru PT. Indra Cipta Sentosa Lestari pada 13 Agustus 1993. Perusahaan ini
bergerak dibidang manufaktur panel listrik. Panel listrik adalah suatu susunan
peralatan listrik/komponen listrik yang dirangkai atau disusun sedemikian rupa
didalam suatu papan control (board) sehingga saling berkaitan dan
membentuk fungsi sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Semua jenis panel
listrik di produksi di perusahaan ini, contohnya:
1. Main Distribution Board
2. Motor
Control Center
3. Medium
Electrical Switchboard
4. Low
Voltage Switchboard
5. Sub
Distribution Board (SDB)
6. Automatic
Main Failure
7. Synchrone
General Panel
8. dll.
Divisi Teknik PT. Indra Cipta Sentosa Lestari
didukung oleh para insinyur lulusan yang ahli dalam disiplin mereka, dan siap
untuk memberikan klien saran dan bantuan proyek, produk, penelitian dan
perkiraan yang berharga.
PT. Indra Cipta Sentosa Lestari selalu menjaga
kepercayaan dan kepuasan dari pelanggan PT. Indra Cipta Sentosa Lestari dengan
memberikan pertunjukan dan layanan yang terbaik untuk mereka, sehingga untuk
proyek masa depan mereka akan selalu ingat PT. Indra Cipta Sentosa Lestari.
Moto PT. Indra Cipta Sentosa Lestari adalah
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan kami untuk mendapatkan mereka
percaya dan kepuasan.
4.1.2 Lokasi Perusahaan
PT. Indra Cipta Sentosa Lestari beralamatkan di
Kawasan Pergudangan Industri Arcadia Blok G7 No. 7-8, Jl. Daan Mogot Km. 21
Batu Ceper, Tangerang, Provinsi Banten. PT. Indra Cipta Sentosa Lestari sudah
menggunakan teknologi modern dalam hal memproduksi.
4.1.3 Struktur
Organisasi Perusahaan
Setiap perusahaan memiliki struktur
organisasi. Struktur organisasi bertujuan untuk menjelaskan dimana dan bagaimana
kedudukan seseorang dan tugas-tugas yang harus dijalankan secara bertanggung
jawab. Struktur organisasi harus jelas dan sistematis karena hal ini merupakan
salah satu persyaratan yang mendukung terciptanya suatu pengendalian internal yang baik sehingga kesalahan
dan kecurangan yang mungkin terjadi dapat ditemukan pada tahap dini dan dapat
ditanggulangi. Pengendalian internal
yang baik didasari juga dari kedudukan yang paling atas pada struktur
organisasi tersebut. Karena rata-rata perusahaan yang baik dalam pengendalian internalnya bisa dilihat dari kedudukan
seseorang yang paling atas yaitu pimpinan dalam menjalankan tugas-tugas dan
tanggung jawabnya. Jika seorang pemimpin bisa menjalankan tugas-tugas dan
tanggung jawabnya maka bawahan pun rata-rata akan mengikuti alur dari pimpinan
tersebut karena pemimpin memberikan contoh yang baik dalam menjalankan
tugas-tugas dang tanggung jawabnya. Struktur organisasi memberikan kemudahan
dan kejelasan seseorang dalam menjalankan tugas-tugas dan tanggung jawabnya
sesuai dimana seseorang tersebut ditempatkan pada struktur organisasi tersebut.
Berikut ini adalah struktur organisasi PT. Indra Cipta Sentosa Lestari seperti Gambar 4.1.

(Sumber : PT. Indra Cipta
Sentosa Lestari)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perencanaan Kebutuhan Material di PT. Indra Cipta Sentosa Lestari
Pada perencanaan ini akan dijelaskan tentang
bagaimana PT. Indra Cipta Sentosa Lestari dalam merencanakan kebutuhan material dari sebelum proses produksi
dimulai dan pada saat proses produksi akan dimulai dengan menggunakan material yang telah di tentukan untuk
proses produksi dalam membuat produk di PT. Indra Cipta Sentosa Lestari. Pada Tabel 4.1 berikut ini merupakan proses
perencanaan kebutuhan material pada
PT. Indra Cipta Sentosa Lestari.
Tabel 4.1 Perencanaan
Kebutuhan Material di PT. Indra Cipta
Sentosa Lestari
Proses
|
Perencanaan
|
Penawaran Harga Produk oleh Sales
kepada Customer
|
Sales
menawarkan harga jual produk kepada customer,
harga material di hitung oleh estimator sesuai produk yang
diinginkan oleh customer dan juga
melampirkan gambar produk yang telah di disain oleh engineering sesuai permintaan customer.
|
Penerimaan Pesanan dari Customer
|
Penerimaan pesanan
diterima dari customer dan sering sales kurang mengetahui spesifikasi
produk yang dipesan dengan jelas.
|
Membuat Perintah
Pengerjaan dari Sales dan Peramalan
Kebutuhan
Produk oleh Estimator
|
Sales membuat perintah
pengerjaan yang diberikan oleh manajer manufaktur dan melampirkan bill of materials (BOM) dari estimator yang terkadang tidak sesuai
dengan kebutuhan produk dalam gambar dan estimator
hanya material kelistrikan, itu
juga tidak semua terinci karena sebagian masih dilakukan peramalan oleh PPIC.
|
Manajer Manufaktur
Menerima Perintah Pengerjaan dari Sales
|
Sales
memberikan lampiran perintah pengerjaan dan juga lampiran BOM kepada manajer
manufaktur dan setelah itu manajer memberikannya kepada PPIC
|
Perencanaan dan
Penjadualan
Produksi
|
Perencanaan dan
penjadualan produksi terkadang dilakukan bersamaan dengan kegiatan produksi
dikarenakan kondisi pesanan dibutuhkan cepat/urgent dan biasanya produk sudah pernah dibuat dengan tipe sama/typical, PPIC juga meramalkan material yang akan digunakan untuk
bagian produksi yang sebagian tidak diramalkan oleh bagian estimator.
|
Penerimaan
Permintaan Material dari PPIC
kepada Gudang
|
PPIC memberikan permintaan
material kepada gudang berdasarkan
peramalan yang dilakukan PPIC, dan setelah itu gudang mengecek kebutuhan material pada permintaan tersebut di
kartu stock, apabila persediaan material tidak ada atau kurang dari minimum stock dilakukan pemesanan
bahan baku oleh gudang.
|
Pemesanan Bahan
Baku
|
Bagian pembelian menerima
permintaan stock pembelian material dari gudang dan setelah itu
dilakukan pemesanan oleh bagian pembelian. Pemesanan bahan baku sering tidak
sesuai kebutuhan produk dan waktu kedatangannya terkadang sering terlambat
karena faktor SDM dan penjual material.
|
Penerimaan Barang
|
Penerimaan barang sering
tidak melalui pengecekan quality
control dan terkadang jenis barang yang dipesan tidak sesuai dengan
permintaan
barang/langsung diterima
saja.
|
(Sumber:
Pengolahan Sendiri dari Berbagai Sumber)
Tabel 4.1 Perencanaan
Kebutuhan Material di PT. Indra Cipta
Sentosa Lestari (Lanjutan)
Proses
|
Perencanaan
|
Proses Produksi
|
Bagian produksi meminta material
untuk produksi kepada bagian gudang dengan menggunakan lampiran pengambilan
barang dari gudang sesuai permintaan yang telah dibuat oleh PPIC dan estimator.
|
(Sumber: Pengolahan Sendiri dari
Berbagai Sumber)
4.2.2 Pemilihan Material
Menggunakan Metode ABC
Penulis menganalisa data bahan baku berdasarkan
penggunaan bahan baku yang jumlah pemakaiannya paling banyak. Oleh karena itu
penulis menggunakan metode ABC untuk mendapatkan bahan baku yang jumlahnya
paling banyak digunakan di PT. Indra Cipta Sentosa Lestari. Berikut adalah data
bahan baku yang diklasifikasikan dengan metode ABC seperti Tabel 4.2 sampai dengan Tabel
4.5.
Tabel 4.2 Data
Penggunaan Serta Harga Bahan Baku PT. Indra Cipta Sentosa Lestari Tahun 2015
No. Bahan Baku
|
Bahan Baku
|
Harga Per Satuan
(Rp)
|
Jumlah Penggunaan Satuan (pieces)
|
1
|
Plat
Besi 2.0 mm
|
308.321
|
1700
|
2
|
Plat
Besi 1.0 mm
|
194.546
|
70
|
3
|
Plat
Besi 1.2 mm
|
198.575
|
450
|
4
|
Besi
Siku
50x5x6000
mm
|
102.416
|
148
|
5
|
Besi
Siku
40x5x6000
mm
|
70.545
|
285
|
6
|
Besi
UNP
100x50x5x6000 mm
|
295.750
|
98
|
7
|
Besi
UNP
50x50x5x6000
mm
|
133.750
|
10
|
8
|
Besi
UNP
80x50x5x6000
mm
|
193.750
|
370
|
9
|
Batu
Gerinda
Potong
3.0mm x
14
inchi
|
33.750
|
121
|
10
|
Batu
Gerinda
Resibon
4 inchi
|
12.714
|
190
|
Total
|
1.544.117
|
3442
|
(Sumber: PT. Indra Cipta Sentosa Lestari)
Berdasarkan data pada Tabel
4.2 maka dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas pada bahan baku.
Perhitungannya adalah sebagai berikut ini:
1. Perhitungan ∑ nilai diperoleh dengan perhtiungan berikut ini:
∑ Nilai Bahan Baku = Harga Per Satuan x Jumlah Penggunaan Satuan
a. ∑ Nilai Bahan Baku 1 = Harga Per Satuan Bahan Baku 1 x Jumlah Penggunaan Satuan Bahan Baku 1
= Rp 308.321 x 1700
= Rp 524.145.214
2. Persen (%) dari ∑ nilai diperoleh dengan perhitungan berikut ini:

a. 



3. Persen (%) dari ∑ bahan baku diperoleh dari perhitungan berikut ini:

a. 



4. Persen (%) Kumulatif diperoleh dari perhitungan berikut ini:
Persen (%) Kumulatif Bahan Baku 3 = Persen (%) Kumulatif Bahan
Baku 1 + Persen (%) Dari Total Bahan Baku 3
= 49.39 % + 13.07
= 62.46 %
Dari
perhitungan diatas, maka diperoleh data pemilihan bahan baku sesuai kelas dari
yang terbesar sampai terkecil dapat dilihat seperti Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data
Bahan Baku PT. Indra Cipta Sentosa Lestari Tahun 2015
dengan Perhitungan
Metode ABC
Nomor
Bahan
Baku
|
∑
Nilai Bahan Baku
(Rp)
|
%
Dari ∑ Nilai
|
%
dari ∑ Bahan
Baku
|
%
Kumulatif
|
Kelas
|
1
|
524.145.214
|
67,99
|
49,39
|
49,39
|
A
|
3
|
89.358.900
|
11,59
|
13,07
|
62,46
|
(Sumber: Pengambilan Data PT. Indra Cipta Sentosa Lestari yang
diolah)
Tabel 4.3 Data
Bahan Baku PT. Indra Cipta Sentosa Lestari Tahun 2015
dengan Perhitungan
Metode ABC (Lanjutan)
Nomor
Bahan
Baku
|
∑ Nilai Bahan Baku
(Rp)
|
%
Dari ∑ Nilai
|
%
dari ∑ Bahan
Baku
|
%
Kumulatif
|
Kelas
|
8
|
71.687.500
|
9,30
|
10,75
|
73,21
|
A
|
6
|
28.983.500
|
3,76
|
2,85
|
76,06
|
|
5
|
20.105.325
|
2,61
|
8,28
|
84,34
|
B
|
4
|
15.157.568
|
1,97
|
4,30
|
88,64
|
|
2
|
13.618.185
|
1,77
|
2,03
|
90,67
|
|
9
|
4.083.750
|
0,53
|
3,52
|
94,19
|
|
10
|
2.415.660
|
0,31
|
5,52
|
99,17
|
C
|
7
|
1.337.500
|
0,17
|
0,29
|
100
|
|
Total
|
770.893.102
|
100
|
100
|
|
|
(Sumber: Pengambilan Data PT. Indra Cipta Sentosa Lestari yang
diolah)
Berdasarkan
Tabel 4.3 maka dilakukan
pengelompokan bahan baku sesuai kelas dari bahan baku. Adapun penjelasan dari data pengelompokan bahan baku
PT. Indra Cipta Sentosa Lestari berikut ini:
1.
Kelas
A, B, dan C diperoleh berdasarkan pengelompokan data bahan baku.
2.
Nomor
bahan baku diperoleh berdasarkan data bahan baku yang terbesar nilai total
sampai yang terkecil.
3.
∑ persen (%) dari ∑ nilai kelas A
diperoleh dari perhitungan berikut ini:
∑ Persen (%) Dari ∑ Nilai A = ∑ (%) Dari ∑ Nilai 1 + ∑ (%) Dari ∑ Nilai 3 + ∑ (%) Dari ∑ Nilai 8 + ∑ (%) Dari ∑ Nilai 6
= 67.99 % + 11.59 % + 9.30 % + 3.76 %
= 92.64 %
4.
∑ persen (%) dari ∑ nilai bahan baku
kelas A diperoleh dari perhitungan berikut ini:
∑ Persen (%) Dari ∑ Nilai Bahan Baku
A
= ∑ (%) Dari ∑ Bahan Baku 1 + ∑ (%) Dari ∑ Bahan Baku 3 + ∑ (%) Dari ∑ Bahan Baku 8 + ∑ (%) Dari ∑ Bahan Baku 6
= 49.39 % +
13.07 % + 10.75 % + 2.85
= 76.06 %
Dari perhitungan diatas, maka diperoleh
data pengelompokan bahan baku di PT. Indra Cipta Sentosa Lestari seperti Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data
Pengelompokan Bahan Baku PT. Indra Cipta Sentosa Lestari Tahun 2015 Berdasarkan
Kelas Masing-masing
Kelas
|
Nomor Bahan
Baku
|
∑ %
dari
∑
Nilai
|
∑ %
dari ∑
Bahan Baku
|
A
|
1,3,8,6
|
92.64
|
76.06
|
B
|
5,4,2,9
|
6.87
|
18.13
|
C
|
10,7
|
0.49
|
5.81
|
(Sumber: Pengambilan
Data PT. Indra Cipta Sentosa Lestari yang diolah)
Berdasarkan dari perhitungan metode ABC, maka
diketahui bahwa bahan baku yang paling banyak digunakan atau jumlah
pemakaiannya paling banyak adalah plat besi 2.0 mm. Oleh karena itu bahan baku
yang akan penulis analisa di PT. Indra Cipta Sentosa Lestari adalah plat besi
2.0 mm.
Berikut adalah data-data plat besi 2.0 mm yang
diperoleh dari PT. Indra Cipta Sentosa Lestari untuk dilakukan analisis
perencanaan kebutuhan material dengan
menggunakan Metode Economic Order
Quantity seperti pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Data
Pemesanan Bahan Baku Plat Besi 2.0 mm Tahun 2015
No
|
Bulan
|
Jumlah Pemesanan
(lembar)
|
1
|
Januari 2015
|
100
|
2
|
Februari 2015
|
200
|
3
|
Maret 2015
|
100
|
4
|
April 2015
|
150
|
5
|
Mei 2015
|
150
|
6
|
Juni 2015
|
150
|
7
|
Juli 2015
|
100
|
8
|
Agustus 2015
|
150
|
9
|
September 2015
|
100
|
10
|
Oktober 2015
|
200
|
11
|
November 2015
|
150
|
12
|
Desember 2015
|
150
|
Total
|
1700
|
(Sumber: PT. Indra Cipta Sentosa
Lestari)
4.2.3 Perhitungan Material
dengan Kebijakan Perusahaan
Kebutuhan bahan
baku plat besi 2.0 mm tahun 2015 sebanyak 1700 lembar. Frekuensi pemesanan
selama tahun 2015 sebanyak 12 kali, Jadi jumlah pembelian rata-rata per bulan
plat besi 2.0 mm selama setahun adalah:

Adapun biaya pemesanan bahan baku yang dilakukan bagian
pembelian selama tahun 2015 yang harus ditanggung PT. Indra Cipta Sentosa
Lestari adalah seperti pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Data Biaya Pemesanan
Selama Tahun 2015
No
|
Biaya
|
Jumlah Biaya (Rp)
|
1
|
Biaya Telepon
|
3.214.076
|
2
|
Biaya Administrasi
|
24.750.000
|
Total
|
27.964.076
|
(Sumber: PT. Indra Cipta Sentosa
Lestari)
Total biaya pemesanan selama tahun 2015 adalah Rp 27.964.076.
Frekuensi pemesanan selama tahun 2015
sebanyak 12 kali, Jadi jumlah biaya pemesanan rata-rata per bulan plat besi 2.0
mm adalah:


Adapun biaya penyimpanan bahan baku dalam gudang
selama tahun 2015 yang harus ditanggung oleh PT. Indra Cipta Sentosa Lestari
seperti pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Data
Biaya Penyimpanan Bahan Baku Tahun 2015
No
|
Biaya
|
Jumlah Biaya (Rp)
|
1
|
Biaya Gudang
|
46.750.000
|
2
|
Biaya Listrik Gudang
|
1.865.600
|
Total
|
48.615.600
|
(Sumber: PT. Indra Cipta Sentosa
Lestari)
Total biaya penyimpanan selama tahun 2015 adalah Rp
48.615.600. Jumlah kebutuhan plat besi 2.0 mm adalah 1700 lembar. Jadi jumlah
biaya penyimpanan rata-rata per bulan plat besi 2.0 mm selama setahun adalah:

Adapun total
biaya persediaan bahan baku dalam gudang selama tahun 2015 yang harus
ditanggung oleh PT. Indra Cipta Sentosa Lestari seperti pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Total
Biaya Persediaan Bahan Baku Tahun 2015
No
|
Biaya
|
Jumlah
Biaya (Rp)
|
1
|
Total Biaya
Pemesanan
|
27.964.076
|
2
|
Total Biaya
Penyimpanan
|
48.615.600
|
Total
|
76.579.676
|
(Sumber: PT. Indra Cipta Sentosa
Lestari)
Jadi total biaya persediaan bahan baku yang harus
ditanggung PT. Indra Cipta Sentosa Lestari selama tahun 2015 adalah Rp
76.579.676. Adapun jumlah safety stock
(SS) atau persediaan pengaman sesuai kebijakan perusahaan oleh PT. Indra Cipta
Sentosa Lestari untuk plat besi 2.0 mm adalah 100 lembar. Jadi jika plat besi
2.0 mm stock sudah mencapai 100
lembar maka dilakukan reorder point
oleh PT. Indra Cipta Sentosa Lestari. Diketahui dari PT. Indra Cipta Sentosa
Lestari bahwa selisih waktu antara pemesanan dengan penerimaan bahan baku (Lead Time) adalah 3 hari, harga plat
besi 2.0 mm per lembar adalah Rp 308.321, asumsi jumlah hari kerja dalam satu
tahun adalah 264 hari, dan jumlah penggunaan bahan baku selama tahun 2015
adalah 1700 lembar. Maka rata-rata penggunaan bahan baku adalah sebagai
berikut:

4.2.4 Perhitungan Material dengan Metode EOQ
Berdasarkan hasil data yang diperoleh pada PT Indra
Cipta Sentosa Lestari, maka penulis akan menganalisa persediaan plat besi 2.0 mm
dengan menggunakan Metode Economic Order
Quantity (EOQ) yang analisanya adalah sebagai berikut:
Dimana:
EOQ = Total pemesanan
bahan baku yang optimal.
TOC = Total biaya
pemesanan.
TCC = Total biaya
penyimpanan.
TIC = Total biaya
persediaan.
SS = Safety stock.
T = Waktu pemesanan.
L = Lead time.
F = Frekuensi
pemesanan.
D = Jumlah permintaan
selama 1 periode/tahun.
S = Biaya setiap
melakukan pemesanan.
H = Biaya penyimpanan
P = Harga plat besi
per lembar
d = Jumlah
permintaan per hari
Perhitungan dengan
Metode Economic Order Quantity (EOQ)
adalah seperti berikut:



2. Frekuensi Pemesanan 

3. Total Biaya Pemesanan

4. Total Biaya Penyimpanan

5. Total Biaya Persediaan

6. Jumlah Permintaan Per Hari
(d)

7. Jumlah Permintaan Selama Lead Time

8. Reorder Point (ROP)

9. Biaya Pembelian Plat Besi
2.0 mm Selama Satu Tahun

10. Maksimum Stock

4.2.5
Perbandingan
Persediaan antara Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ (Economic Order Quantity)
Perbandingan persediaan plat besi 2.0 mm antara
kebijakan perusahaan dengan menggunakan Metode EOQ. Dari hasil perhitungan yang
telah dilakukan, maka dapat dilihat perbandingan persediaan plat besi 2.0 mm
antara sebelum dan sesudah menggunakan Metode EOQ. Selisih pada perbandingan
perhitungan ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
|
Berdasarkan perhitungan dari kebijakan perusahaan
dan metode EOQ, maka diperoleh selisih pada persediaan plat 2.0 mm. Perhitungan
selisih adalah sebagai berikut:
1.
Selisih
pada jumlah pemesanan diperoleh dari perhitungan berikut ini:
Selisih Jumlah
Pemesanan = Jumlah Pemesanan Kebijakan Perusahaan – Jumlah Pemesanan Metode EOQ
= 142 – 527
= -385
2.
Selisih
pada frekuensi pemesanan diperoleh dari perhitungan berikut ini:
Selisih
Frekuensi Pemesanan = Frekuensi Pemesanan Kebijakan Perusahaan – Frekuensi
Pemesanan Metode EOQ
= 12 – 4
= 8
3.
Selisih
pada total biaya pemesanan diperoleh dari perhitungan berikut ini:
Selisih Total
Biaya Pemesanan = Total Biaya Pemesanan Kebijakan Perusahaan – Total Biaya
Pemesanan Metode EOQ
= Rp 27.964.076
– Rp 7.503.694,8
= Rp
20.460.381,2
4.
Selisih
pada total biaya penyimpanan diperoleh dari perhitungan berikut ini:
Selisih Total
Biaya Penyimpanan = Total Biaya Penyimpanan Kebijakan Perusahaan – Total Biaya
Penyimpanan Metode EOQ
= Rp 48.615.600 - Rp 7.535.309,5
= Rp 41.080.290,5
5.
Selisih
pada total biaya persediaan diperoleh dari perhitungan berikut ini:
Selisih Total
Biaya Persediaan = Total Biaya Persediaan Kebijakan Perusahaan – Total Biaya
Persediaan Metode EOQ
= Rp 76.579.676 - Rp 15.039.004,3
= Rp 61.540.671,7
6.
Selisih
pada reorder point diperoleh dari
perhitungan berikut ini:
Selisih Reorder Point = Jumlah Reorder Point Kebijakan Perusahaan –
Jumlah Reorder Point Metode EOQ
= 100 – 121
= -21
Dari perhitungan diatas, maka dapat dilihat
perbandingan plat besi 2.0 mm pada Tabel
4.9.
Tabel
4.9 Perbandingan Persediaan Plat Besi 2.0
mm antara Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ
No
|
Keterangan
|
Kebijakan
Perusahaan
|
Metode
EOQ
|
Selisih
|
1
|
Jumlah
Pemesanan
|
142
|
527
|
-385
|
2
|
Frekuensi
Pemesanan
|
12
|
4
|
8
|
3
|
Total
Biaya Pemesanan
|
Rp
27.964.076
|
Rp
7.503.694,8
|
Rp
20.460.381,2
|
4
|
Total
Biaya Penyimpanan
|
Rp
48.615.600
|
Rp
7.535.309,5
|
Rp
41.080.290,5
|
5
|
Total
Biaya Persediaan
|
Rp
76.579.676
|
Rp
15.039.004,3
|
Rp
61.540.671,7
|
6
|
Reorder Point
|
100
|
121
|
-21
|
7
|
Maksimum
Stock
|
-
|
627
|
627
|
(Sumber: Pengolahan Sendiri dari
Berbagai Sumber)
Adapun penjelasan dari hasil perbandingan antara
kebijakan perusahaan dengan Metode EOQ sebagai berikut ini:
1.
Jumlah
pemesanan dan frekuensi pemesanan pada perhitungan kebijakan perusahaan diperoleh
pada halaman 46.
2.
Total
biaya pemesanan, total biaya penyimpanan, dan total biaya persediaan pada
perhitungan kebijakan perusahaan diperoleh pada halaman 47 dan 48.
3.
Jumlah
pemesanan, frekuensi pemesanan, total biaya pemesanan, total biaya penyimpanan,
total biaya persediaan, reorder point,
dan maksimum stock pada perhitungan
Metode EOQ diperoleh pada halaman 49.
Setelah penulis melakukan perhitungan, maka dapat
diketahui perbedaan antara kebijakan perusahaan dengan metode EOQ adalah
sebagai berikut:
1.
Jumlah
pemesanan plat 2.0 mm dengan metode EOQ lebih efisien dengan jumlah 527 lembar
sedangkan menggunakan kebijakan perusahaan jumlahnya 142 lembar.
2.
Frekuensi
pemesanan dengan menggunakan metode EOQ lebih efektif yaitu 4 kali, sedangkan
menggunakan kebijakan perusahaan yaitu 12 kali.
3.
Total
biaya persediaan selama tahun 2015 dengan menggunakan metode EOQ lebih minimum
yaitu Rp 15.039.004,3 sedangkan menggunakan kebijakan perusahaan lebih besar
yaitu Rp 76.579.676.
4.
Jumlah
reorder point dengan menggunakan
metode EOQ adalah 121, sedangkan menggunakan kebijakan perusahaan jumlahnya 100.
5.
Jumlah
maksimum stock dengan menggunakan
metode EOQ adalah 627, sedangkan menggunakan kebijakan perusahaan tidak dapat
diketahui.
4.2.6
Analisis SWOT Kebijakan Perusahaan
Berdasarkan perhitungan menurut kebijakan
perusahaan, maka penulis akan menganalisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threats) pada perhitungan
tersebut. Dan berikut adalah eksternal
matrix SWOT yang ditunjukkan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Matriks
Faktor Strategis Eksternal (EFE)
Perhitungan Material
dengan
Kebijakan Perusahaan
Opportunities
|
|||||
No.
|
Uraian
|
Point
Skala
|
Bobot
(b)
|
Rating
(r)
|
Nilai Skor
(b x r)
|
1.
|
Adanya perhitungan reorder
point (O1).
|
4
|
0.138
|
3
|
0.414
|
2.
|
Adanya perhitungan maksmimum stock
(O2).
|
4
|
0.138
|
3
|
0.414
|
(Sumber: Pengolahan Sendiri dari
Berbagai Sumber)
Tabel 4.10 Matriks
Faktor Strategis Eksternal (EFE)
Perhitungan Material
dengan
Kebijakan Perusahaan (Lanjutan)
Opportunities
|
|||||
No.
|
Uraian
|
Point
Skala
|
Bobot
(b)
|
Rating
(r)
|
Nilai Skor
(b x r)
|
3.
|
Komunikasi dengan supplier
akan lebih baik karena banyaknya frekuensi pemesanan (O3).
|
2
|
0.069
|
2
|
0.138
|
4.
|
Adanya penambahan alat angkut material (O4).
|
3
|
0.103
|
2
|
0.207
|
5.
|
Adanya penambahan SDM di gudang (O5).
|
3
|
0.103
|
2
|
0.207
|
Total Opportunities
|
16
|
0.552
|
|
1.379
|
|
Threats
|
|
||||
No.
|
Uraian
|
Point
Skala
|
Bobot
(b)
|
Rating
(r)
|
Nilai Skor
(b x r)
|
1.
|
Harga material tidak
selalu stabil setiap bulan akan mempengaruhi harga jual produk (T1).
|
3
|
0.103
|
2
|
0.207
|
2.
|
Banyaknya frekuensi pemesanan menambah biaya pemesanan (T2).
|
3
|
0.103
|
2
|
0.207
|
3.
|
Dengan asumsi 100 lembar safety
stock, jika ada penawaran order
urgent dan banyak, akan terjadi
keraguan penggunaan material dan
pengambilan order karena akan cukup
atau tidak (T3).
|
2
|
0.069
|
3
|
0.207
|
4.
|
Frekuensi pemesanan banyak, supplier
akan datang sesuai pemesanan dan akan menambah pekerjaan gudang (T4).
|
2
|
0.069
|
2
|
0.138
|
5.
|
Biaya penyimpanan akan bertambah (T5).
|
3
|
0.103
|
2
|
0.207
|
Total Threats
|
13
|
0.448
|
|
0.966
|
|
Total Opportunities + Threats
|
29
|
1.00
|
|
2.345
|
(Sumber: Pengolahan Sendiri dari
Berbagai Sumber)
Adapun penjelasan dari perhitungan dari matriks opportunities dan matriks threats
sebagai berikut ini:
1.
Perhitungan
point skala dari matriks opportunities dan matriks threats didapat berdasarkan tingkat
kepentingan atau urgensi penanganan dengan skala 1 sampai 5. Skala 1 yaitu
sangat tidak penting, skala 2 yaitu tidak penting, skala 3 yaitu normal, skala
4 yaitu penting, dan skala 5 yaitu sangat penting.
2.
Perhitungan
rating dari matriks opportunities didapat
berdasarkan nilai 1 sampai 4. Nilai 1 kalau kemungkinan indikator tersebut peluangnya
semakin menurun dibandingkan pesaing utama, nilai 2 kalau indikator itu
peluangnya sama dengan pesaing utama, nilai 3 kalau indikator tersebut
peluangnya lebih baik dari pesaing utama, nilai 4 kalau indikator tersebut
peluangnya sangat baik dari pesaing utama.
3.
Perhitungan
rating dari matriks threats didapat
berdasarkan nilai 1 sampai 4. Nilai 1 kalau indikator tersebut semakin banyak
ancamannya dibandingkan pesaing utama, nilai 2 kalau indikator tersebut
ancamannya lebih dari pesaing utama, nilai 3
kalau indikator tersebut ancamannya sama dengan pesaing utama, nilai 4
kalau indikator tersebut semakin menurun ancamannya.
4.
Perhitungan
total point skala matriks opportunities didapat dari hasil berikut
ini:
Total Point
Skala Opportunities = Point Skala Indikator 1 + Point Skala Indikator 2 + Point Skala Indikator 3 + Point Skala Indikator 4 + Point Skala Indikator 5
= 4 + 4 + 2 + 3 + 3
= 16
5.
Perhitungan
total point skala matriks threats didapat dari hasil berikut ini:
Total Point
Skala Threats = Point Skala Indikator 1 + Point
Skala Indikator 2 + Point Skala
Indikator 3 + Point Skala Indikator 4
+ Point Skala Indikator 5
= 3 + 3 + 2 + 2 + 3
= 13
6. Perhitungan
total point skala matriks opportunities dan threats didapat dari hasil berikut ini:
Total Point
Skala Opportunities + Threats = Total Point Skala Opportunities
+ Total Point Skala Threats
=
16 + 13
=
29
7.
Perhitungan
bobot matritks opportunities didapat
dari hasil berikut ini:

a. 


8. Perhitungan
bobot matriks threats didapat dari
hasil berikut ini:

a. 


9.
Perhitungan total bobot
matriks opportunities didapat dari
hasil berikut ini:
Total Opportunities
= Bobot Indikator 1 + Bobot Indikator 2 + Bobot Indikator 3 + Bobot Indikator 4
+ Bobot Indikator 5
= 0.138 + 0.138 + 0.069 + 0.103 + 0.103
= 0.552
10. Perhitungan
total bobot matriks threats didapat
dari hasil berikut ini:
Total Threats
= Bobot Indikator 1 + Bobot Indikator 2 + Bobot Indikator 3
+
Bobot Indikator 4 + Bobot Indikator 5
=
0.103 + 0.103 + 0.069 + 0.069 + 0.103
=
0.448
11. Perhitungan
total bobot matriks opportunities dan threats
didapat dari hasil berikut ini:
Total bobot Opportunities + Total bobot Threats
= Total bobot Opportunities + Total bobot Threats
= 0.552 + 0.448
= 1.00
12. Perhitungan
nilai skor matriks opportunities
didapat dari hasil berikut ini:

a. Nilai
Skor Indikator 1 = Nilai Bobot Indikator 1 x Nilai Rating Indikator 1
=
0.138 x 3
=
0.414
13. Perhitungan
nilai skor matriks threats didapat
dari hasil berikut ini:

a. Nilai
Skor Indikator 1 = Nilai Bobot Indikator 1 x Nilai Rating Indikator 1
=
0.103 x 2
=
0.207
14. Perhitungan
total nilai skor opportunities
didapat dari hasil berikut ini:
Total Nilai Skor Opportunities = Skor Indikator 1 + Skor Indikator 2 + Skor
Indikator 3 + Skor Indikator 4 + Skor Indikator 5
=
0.414 + 0.414 + 0.138 + 0.207 + 0.207
=
1.379
15. Perhitungan
total nilai skor threats didapat dari
hasil berikut ini:
Total Nilai Skor Threats = Skor Indikator 1 + Skor Indikator 2 + Skor Indikator 3 + Skor Indikator 4 + Skor
Indikator 5
=
0.207 + 0.207 + 0.207 + 0.138 + 0.207
=
0.966
16. Perhitungan
total nilai skor matriks opportunities dan threats didapat dari hasil berikut ini:
Total Nilai Skor Opportunities
+ Total Nilai Skor Threats
= Total Nilai Skor Opportunities + Total Nilai Skor Threats
= 1.379 + 0.966
=
2.345
Berdasarkan data pada Tabel 4.10 nilai rating
(r) pada tabel adalah nilai yang mencerminkan kuat tidaknya faktor tersebut
menurut pendapat dari penulis. Sedangkan nilai pada bobot (b) menggambarkan
tingkat kepentingan faktor tersebut terhadap faktor lainnya. Skor bobot
kekuatan diperoleh dari perkalian rataan (r) dan bobot (b). Setelah proses
matriks faktor strategis eksternal
dilakukan, faktor opportunities dari
yang paling tinggi secara berurutan adalah Adanya perhitungan reorder
point (O1), Adanya perhitungan maksmimum stock (O2), Adanya penambahan alat angkut material (O4), Adanya penambahan SDM di gudang (O5), dan Komunikasi
dengan supplier akan lebih baik
karena banyaknya frekuensi pemesanan
(O3). Sedangkan faktor threats dari
yang paling tinggi secara berurutan adalah Harga material tidak selalu stabil setiap bulan akan mempengaruhi harga
jual produk (T1), Banyaknya frekuensi pemesanan menambah biaya pemesanan (T2),
Biaya penyimpanan akan bertambah (T5), Dengan asumsi 100 lembar safety stock, jika ada penawaran order urgent dan banyak, akan terjadi keraguan penggunaan material dan pengambilan order karena akan cukup atau tidak (T3),
dan Frekuensi pemesanan banyak, supplier
akan datang sesuai pemesanan dan akan menambah pekerjaan gudang (T4). Berikut
adalah internal matrix SWOT yang
ditunjukkan pada Tabel 4.11.
Tabel
4.11 Matriks
Faktor Strategis Internal (IFE) Perhitungan
Material
dengan
Kebijakan Perusahaan
|
Strengths
|
||||
No.
|
Uraian
|
Point
Skala
|
Bobot
(b)
|
Rating
(r)
|
Nilai Skor
(b x r)
|
1.
|
Pada saat material
datang, waktu pemindahan lebih cepat karena material yang dipesan sedikit (S1).
|
4
|
0.160
|
2
|
0.320
|
2.
|
Pada waktu jumlah order
relatif stabil dan waktu permintaan tidak mendadak, safety stock akan aman (S2).
|
3
|
0.120
|
3
|
0.360
|
3.
|
Pemeliharaan tempat material
lebih mudah karena jumlah tidak
terlalu banyak (S3).
|
2
|
0.080
|
2
|
0.160
|
4.
|
Jumlah pemesanan material
sedikit ,pemindahan tidak memerlukan alat bantu jika pekerja sedang tidak
terlalu banyak pekerjaan (S4).
|
2
|
0.080
|
2
|
0.160
|
5.
|
Gudang akan lebih mudah dalam penataan material (S5).
|
2
|
0.080
|
3
|
0.240
|
Total Strengths
|
13
|
0.520
|
|
1.240
|
|
Weaknesses
|
|||||
No.
|
Uraian
|
Point
Skala
|
Bobot
(b)
|
Rating
(r)
|
Nilai Skor
(b x r)
|
1.
|
Keterlambatan pelayanan gudang (W1).
|
3
|
0.120
|
2
|
0.240
|
(Sumber: Pengolahan Sendiri dari
Berbagai Sumber)
Tabel
4.11 Matriks
Faktor Strategis Internal (IFE) Perhitungan
Material
dengan
Kebijakan Perusahaan (Lanjutan)
Weaknesses
|
|||||
No.
|
Uraian
|
Point
Skala
|
Bobot
(b)
|
Rating
(r)
|
Nilai Skor
(b x r)
|
2.
|
Pemborosan waktu kerja pada SDM gudang (W2).
|
3
|
0.120
|
2
|
0.240
|
3.
|
Safety stock yang sedikit, membuat terkadang proses produksi terhambat
karena material habis dan menunggu (W3).
|
2
|
0.080
|
2
|
0.160
|
4.
|
Sulit dapat mengetahui maksimum stock material (W4).
|
2
|
0.080
|
3
|
0.240
|
5.
|
Pemesanaan material
tergantung dari minimum stock
gudang (W5).
|
2
|
0.080
|
3
|
0.240
|
Total Weaknesses
|
12
|
0.480
|
|
1.120
|
|
Total Strengths + Weaknesses
|
25
|
1.00
|
|
2.360
|
(Sumber: Pengolahan Sendiri dari
Berbagai Sumber)
Adapun penjelasan dari perhitungan dari matriks strengths dan matriks weaknesses
sebagai berikut ini:
1.
Perhitungan
point skala dari matriks strengths dan matriks weaknesses didapat berdasarkan tingkat
kepentingan atau urgensi penanganan dengan skala 1 sampai 5. Skala 1 yaitu
sangat tidak penting, skala 2 yaitu tidak penting, skala 3 yaitu normal, skala
4 yaitu penting, dan skala 5 yaitu sangat penting.
2.
Perhitungan
rating dari matriks strengths didapat
berdasarkan nilai 1 sampai 4. Nilai 1 kalau kemungkinan indikator tersebut
kekuatannya semakin menurun dibandingkan pesaing utama, nilai 2 kalau indikator
itu kekuatannya sama dengan pesaing utama, nilai 3 kalau indikator tersebut
kekuatannya lebih baik dari pesaing utama, nilai 4 kalau indikator tersebut
kekuatannya sangat baik dari pesaing utama.
3.
Perhitungan
rating dari matriks weaknesses didapat
berdasarkan nilai 1 sampai 4. Nilai 1 kalau indikator tersebut semakin banyak
kelemahannya dibandingkan pesaing utama, nilai 2 kalau indikator tersebut
kelemahannya lebih dari pesaing utama, nilai 3
kalau indikator tersebut kelemahannya sama dengan pesaing utama, nilai 4
kalau indikator tersebut semakin menurun kelemahannya.
4.
Perhitungan
total point skala matriks strengths didapat dari hasil berikut
ini:
Total Point
Skala Strengths = Point Skala Indikator 1 + Point Skala Indikator 2 + Point Skala Indikator 3 + Point Skala Indikator 4 + Point Skala Indikator 5
= 4 + 3 + 2 + 2 + 2
= 13
5.
Perhitungan
total point skala matriks weaknesses didapat dari hasil berikut
ini:
Total Point
Skala Weaknesses = Point Skala Indikator 1 + Point Skala Indikator 2 + Point Skala Indikator 3 + Point Skala Indikator 4 + Point Skala Indikator 5
= 3 + 3 + 2 + 2 + 2
= 12
6. Perhitungan
total point skala matriks strengths dan weaknesses didapat dari hasil berikut ini:
Total Point
Skala Strengths + Weaknesses = Total Point Skala Strengths +
Total Point Skala Weaknesses
= 13 + 12
= 25
7.
Perhitungan
bobot matriks strengths didapat dari
hasil berikut ini:

a. 


8. Perhitungan
bobot matriks weaknesses didapat dari
hasil berikut ini:

a. 


9.
Perhitungan total bobot
matriks strengths didapat dari hasil
berikut ini:
Total
Strengths = Bobot Indikator 1 + Bobot
Indikator 2 + Bobot Indikator 3
+ Bobot Indikator 4 + Bobot Indikator 5
=
0.160 + 0.120 + 0.080 + 0.080 + 0.080
=
0.520
10. Perhitungan
total bobot matriks weaknesses
didapat dari hasil berikut ini:
Total Weaknesses
= Bobot Indikator 1 + Bobot
Indikator 2 + Bobot Indikator 3 + Bobot Indikator 4 + Bobot Indikator 5
= 0.120 + 0.120 + 0.080 + 0.080 + 0.080
= 0.480
11. Perhitungan
total bobot matriks strengths dan weaknesses
didapat dari hasil berikut ini:
Total bobot Strengths + Total bobot Weaknesses
= Total bobot Strengths + Total bobot Weaknesses
= 0.520 + 0.480
= 1.00
12. Perhitungan
nilai skor matriks strengths didapat
dari hasil berikut ini:

a. Nilai
Skor Indikator 1 = Nilai Bobot Indikator 1 x Nilai Rating Indikator 1
=
0.160 x 2
=
0.320
13. Perhitungan
nilai skor matriks weaknesses didapat
dari hasil berikut ini:

a. Nilai
Skor Indikator 1 = Nilai Bobot Indikator 1 x Nilai Rating Indikator 1
=
0.120 x 2
=
0.240
14. Perhitungan
total nilai skor strengths didapat
dari hasil berikut ini:
Total Nilai Skor Strengths = Skor Indikator 1 + Skor Indikator 2 + Skor Indikator 3
+ Skor Indikator 4 + Skor Indikator 5
=
0.320 + 0.360 + 0.160 + 0.160 + 0.240
=
1.240
15. Perhitungan
total nilai skor weaknesses didapat
dari hasil berikut ini:
Total Nilai Skor Weaknesses = Skor Indikator 1 + Skor Indikator 2 + Skor Indikator 3 + Skor Indikator 4 + Skor
Indikator 5
= 0.240 + 0.240 + 0.160 + 0.240 + 0.240
= 1.120
16. Perhitungan
total nilai skor matriks strengths dan weaknesses didapat dari hasil berikut ini:
Total
Nilai Skor Strengths + Total
Nilai Skor Weaknesses
= Total Nilai Skor Strengths + Total Nilai Skor Weaknesses
= 1.240 + 1.120
=
2.360
Data pada Tabel
4.11 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berkaitan dengan strengths (kekuatan) yang paling tinggi
secara berurutan adalah Pada waktu jumlah
order relatif stabil dan waktu
permintaan tidak mendadak, safety stock
akan aman (S2), Pada saat material
datang, waktu pemindahan lebih cepat karena material
yang dipesan sedikit (S1), Gudang akan
lebih mudah dalam penataan material
(S5), Pemeliharaan tempat material
lebih mudah karena jumlah tidak terlalu banyak (S3), dan Jumlah pemesanan material sedikit, pemindahan tidak
memerlukan alat bantu jika pekerja sedang tidak terlalu banyak pekerjaan (S4).
Sedangkan faktor weaknesses yang
paling tinggi secara berurutan adalah Keterlambatan pelayanan gudang (W1),
Pemborosan waktu kerja pada SDM gudang (W2), Sulit dapat mengetahui maksimum stock material (W4), Pemesanaan material tergantung dari minimum stock gudang (W5), dan Safety stock yang sedikit, membuat
terkadang proses produksi terhambat karena material
habis dan menunggu (W3).
Berdasarkan hasil matriks strategi
faktor internal (IFE) diperoleh nilai
IFE sebesar 2.360 dan nilai EFE dari matriks strategi faktor eksternal diperoleh nilai sebesar 2.345.
Berdasarkan hasil nilai IFE dan EFE maka dapat dibuat matriks IE seperti Gambar 4.2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar